HARIAN DISWAY - Di tengah desas-desus krisis ekonomi dengan harga kebutuhan pokok yang terus meroket, juga biaya hidup yang semakin mencekik, muncul sebuah sindiran satir dengan kalimat: “In This Economy."
Ungkapan itu merupakan simbol kegelisahan masyarakat dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Apalagi dengan tingginya inflasi, meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan lowongan pekerjaan yang kian sedikit.
BACA JUGA:6 Tip Menghemat dan Menabung Uang
Di berbagai media sosial seperti Instagram, Tiktok, maupun X, ungkapan itu menjadi bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan cara adaptasi diri dari keadaan ekonomi yang melemah. Seperti pada kalimat-kalimat berikut.
“In this economy, kalian pakai kuota apa guys?”
“In this economy, mari normalisasi bawa bekal daripada beli dengan harga overprice”
BACA JUGA:Menabung vs Investasi: Mana yang Lebih Menguntungkan?
“In this economy, mending tahan-tahan aja meski bos atau lingkungan toxic. Daripada nganggur”
Tren In This Economy dapat berpotensi membuat tekanan finansial yang memperburuk kesehatan mental--freepik.com
Selain itu, hal tersebut juga mengungkapkan sebuah keputusasaan. Terutama terkait kebutuhan yang terus meroket tetapi berbanding terbalik dengan gaji yang stagnan atau cenderung tetap. Tanpa mengalami peningkatan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara tahunan Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,60 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun 2025 hanya 4,89 persen. Angka terendah dalam lima kuartal terakhir.
BACA JUGA:Cara Menabung di DANA, Tanpa Biaya Admin dan Rekening Bank!
Kondisi itu diperparah dengan penurunan jumlah angka masyarakat menengah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dari 57,33 juta jiwa pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024, turun sebanyak 9,48 juta jiwa.
Kondisi itu membuat masyarakat kesulitan dalam mencapai tujuan finansial. Seperti memiliki rumah atau menabung untuk masa depan.