Reshuffle Kabinet, Pertaruhan Prabowo Menguji Ekspektasi Pasar?

Jumat 12-09-2025,23:32 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Pada perdagangan sore setelah beberapa jam pengumuman perombakan kabinet, mata uang rupiah ditutup menguat 123 poin yang sebelumnya sempat menguat 130 poin di level Rp 16.309 per USD. Mengapa bisa demikian?

Sejumlah ekonom memprakirakan, pertama, penguatan mata uang rupiah lebih disebabkan pengaruh dorongan dari sentimen luar negeri, yakni data ekonomi Amerika Serikat mengalami perlambatan. 

Laporan yang dirilis Departemen Ketenagakerjaan AS terbaru menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan dan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,3 persen. 

BACA JUGA:Reshuffle Konsolidasi Politik

Kedua, perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS cenderung memperkuat sentimen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin yang diperkirakan akan dilakukan dalam waktu dekat ini, diprediksi pada September-Oktober, dengan peluang tipis untuk penurunan yang lebih substansial sebesar 50 basis poin. 

Ketiga, penguatan nilai rupiah sedikit banyak dipengaruhi tingginya cadangan devisa Indonesia. Faktor itu turut menjadi daya ungkit rupiah menjadi perkasa. 

Selain itu, Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. 

Menurut data BI per Agustus 2025, cadangan devisa sebesar USD150,7 miliar. Meskipun posisi cadangan devisa itu turun 0,9 persen secara bulanan pada Agustus dari USD152 miliar pada Juli 2025. 

Besaran cadangan devisa tersebut dinilai masih sangat memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor, neraca transaksi modal, dan finansial yang diperkirakan mencatatkan tren surplus.

Keempat, penguatan rupiah ditunjang kinerja ekspor Indonesia ke pasar AS yang menunjukkan tren positif. Kinerja ekspor masih menjadi penopang neraca perdagangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. 

Itu tecermin dari surplus neraca perdagangan sebesar USD4,18 miliar pada Juli 2025. Surplus tersebut ditopang oleh aktivitas front-loading menjelang diberlakukannya tarif baru AS. 

Pada Juli, ekspor tumbuh 9,86 persen secara tahunan (YoY). Meskipun melambat dari 11,29 persen pada Juni, masih tetap dalam tren positif. 

MENGELOLA REAKSI PASAR

Merupakan hal yang lumrah ketika sebuah kebijakan politis selalu diiringi gejolak dinamika pasar. 

Perilaku sebagian investor, baik yang merespons dengan sikap rasional maupun yang tidak, serta diiringi informasi yang bersifat asimetris (baca: spekulatif) memungkinkan dilakukan strategi untuk membentuk ekspektasi pasar yang positif maupun negatif. 

Investor dengan sejumlah data yang tersedia akan memberikan rangsangan terhadap peristiwa perubahan politis tersebut menjadi sebuah keuntungan. Dalam literatur ilmu keuangan, itu disebut “studi peristiwa”. 

Kategori :