Sistem BKD Terintegrasi dan Transparan: Refleksi Membangun Dosen Profesional di Indonesia

Minggu 26-10-2025,17:23 WIB
Oleh: La Mema Parandy*

BACA JUGA:Kepastian Karier Dosen Menjadi Guru Besar

Pada awal 2025, muncul drama seputar potensi penghapusan BKD dan tunjangan kinerja yang memicu diskusi luas tentang keberlanjutan sistem itu. 

Di sisi lain, perkembangan integrasi sistem seperti sinta (science and technology index), PD dikti (pangkalan data pendidikan tinggi), dan sister (sistem informasi sumber daya terintegrasi) menunjukkan kemajuan meski masih terbatas. 

Pada 2023–2025, diperkenalkan fitur sinkronisasi data dosen di sister, termasuk tombol untuk memperbarui status indeks karya ilmiah secara otomatis. 

Panduan Sister 2025 juga mewajibkan dosen untuk memperbarui data secara berkala, termasuk integrasi dengan BKD, untuk mendukung laporan kinerja yang lebih akurat. 

Namun, integrasi itu belum sepenuhnya otomatis sehingga masih ada celah untuk manipulasi manual, seperti yang dilaporkan dalam laporan kinerja institusi pada 2024/2025.

Dari perspektif reflektif, kondisi itu bukan hanya masalah teknis, melainkan juga etis. Dosen yang enggan menjalani aturan BKD sering kali karena sistem yang kaku dan tidak mendukung pengembangan pribadi. 

Itu mencerminkan ketidakseimbangan antara tuntutan administratif dan esensi profesi dosen sebagai pendidik dan peneliti.

USULAN SOLUSI: SISTEM TERINTEGRASI DENGAN PENDEKATAN HUMANIS

Untuk mengatasi itu, saya mengusulkan BKD yang terhubung otomatis dengan sinta, PD dikti, sister, serta platform lain seperti Garuda (portal jurnal nasional) dan Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi). 

Integrasi tersebut harus berbasis digital dengan jejak audit yang tidak bisa dimanipulasi, memastikan data mengalir secara real time tanpa intervensi manual. 

Akses dosen ke sistem itu harus mudah dan intuitif sehingga mereka bisa fokus pada peningkatan kompetensi daripada administrasi.

Lebih lanjut, adopsi sistem cloud berbasis AI akan membuat proses lebih humanis. AI bisa menganalisis data kinerja dosen secara prediktif. Misalnya, merekomendasikan pelatihan atau kolaborasi riset berdasarkan pola aktivitas di sinta dan PD dikti. 

Di Indonesia, tren adopsi AI di pendidikan tinggi makin kuat sejak 2023–2025. Panduan penggunaan generative AI pada pembelajaran di perguruan tinggi diluncurkan pada 2024. Itu mendorong dosen untuk mengintegrasikan AI dalam pengajaran. 

Analisis kematangan teknologi AI juga menunjukkan potensi transformasi digital di sektor pendidikan. Bahkan, dorongan untuk adopsi inovasi digital, termasuk AI, kian kuat untuk menghadapi transformasi di masa depan.

Sementara itu, konsep blockchain bisa diadopsi untuk identifikasi data yang aman dan transparan. Blockchain memastikan setiap entri data (seperti publikasi di sinta atau riwayat mengajar di sister) tercatat secara permanen dan tidak bisa diubah, mencegah kecurangan. 

Kategori :