Review Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore (1)

Review Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore (1)

GENG PENYIHIR PUTIH, dari kiri, Lally Hicks (Jessica Williams), Theseus Scamander (Callum Turner), Albus Dumbledore (Jude Law), Minerva McGonagall (Fiona Glascott), Jacob Kowalski (Dan Fogler), dan Newt Scamander (Eddie Redmayne) dalam Fantastic Beasts: -Warner Bros. -Warner Bros.

 

Film yang Hanya Mengulur Cerita

 

SAYA tidak tahu, apakah ketika menulis skenario Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore, J.K. Rowling tahu bahwa film ini akan dihujat fans franchise Wizarding World. Atau sebenarnya tahu, tapi tidak peduli. Yang jelas, saking banyaknya yang tidak puas, hujatan review di Harian Disway juga akan terbagi menjadi dua edisi

Saya juga tidak tahu. Sejak kapan J.K Rowling dan Warner Bros. punya ide mengarahkan Fantastic Beasts menjadi perang dunia sihir global. Yang melibatkan dua penyihir terkuat pada dekade 1930 hingga 1940an: Albus Dumbledore versus Gellert Grindelwald.

 

Mestinya sih, sejak film pertama. Sejak film cakep yang judulnya Fantastic Beasts and Where to Find Them itu. Pada akhir film yang dirilis pada 2016 itu, mereka mengungkap penampakan Grindelwald. Yang diperankan Johnny Depp. Saya masih ingat pengungkapan jati diri penyihir hitam superjahat itu. Make-up Depp yang on point. Rambut peraknya. Ekspresi liciknya. Seringai ngejeknya. Nendang.

 

Well. Enggak apa-apa sih kalau franchise ini diarahkan ke sana. Perang Dumbledore versus Grindelwald memang menjadi spin-off yang paling diinginkan Potterhead—sebutan fans dunia sihir Harry Potter. Yang kali pertama mengetahui peristiwa itu di buku ketujuh, Harry Potter and the Deathly Hallows. Termasuk saya.   

 

Tapi enggak begini caranya. 

 

Inkonsistensi Plot

 

Sumber kemarahan Potterhead terhadap The Secrets of Dumbledore, yang paling utama, tentu bersumber dari plot. Terasa sekali bahwa film ketiga Fantastic Beasts itu kehilangan arah. Seolah-olah tidak tahu mau diapain. Padahal, penulis skenarionya J.K Rowling dan Steve Kloves sendiri. Kloves menulis tujuh dari delapan film Harry Potter. Plus dua film Fantastic Beasts.

 

Namun, karena dari awal Warner Bros. sudah bilang bahwa Fantastic Beasts bakal jadi lima film, dan The Secrets of Dumbledore baru film ketiga, jadilah ceritanya agak ngadi-ngadi. Mengada-ada. Agar klimaksnya, duel Dumbledore versus Grindelwald—yang berujung pada perebutan Elder Wand—bisa ditaruh di seri terakhir.

 

Jadi, film ketiga ini harus dibelok-belokkan dulu. Sampai jauuuuhhh banget. Sampai membuat Potterhead mana pun di seluruh dunia mengernyitkan dahi. Nyaris setiap adegan bikin kami bereaksi, ’’Hah? Hah? Hah?’’

 

’’Hah, Credence anaknya si itu?’’

 

’’Hah, Grindelwalt pakai cara itu?’’

 

’’Hah, binatangnya cuma itu?’’

 

Dan hah hah hah yang lain.

 

Ya, perang dimulai dengan Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen) dibebaskan dari segala tuduhan oleh Konfederasi Sihir Internasional (ICW). Padahal, jelas-jelas ia telah melakukan berbagai kejahatan mengerikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: