Indonesia Emas Butuh Orang Cerdas

Indonesia Emas Butuh Orang Cerdas

BANYAK orang yang memprediksi Indonesia bakal masuk periode kejayaan tahun 2045. Pada tahun itu teknologi Indonesia sudah maju. Bahkan energi baru terbarukan (EBT) sudah banyak dipakai. Kemarin Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana Bali menggelar seminar terkait itu. Tajuknya adalah Strategi Mempersiapkan Generasi Muda dalam Menyongsong Indonesia Emas 2024.

Founder Harian Disway Dahlan Iskan adalah salah satu pembicara di situ. Katanya, Indonesia emas butuh orang cerdas. Dahlan bilang, peserta seminar akan menjadi tonggak kemajuan Indonesia. Sehingga, tanggung jawab berada di generasi muda.

Menurut Dahlan, salah satu faktor terwujudnya Indonesia emas dilihat dari keadaan ekonomi negara. Ekonomi harus tumbuh dengan pesat. Namun ekonomi yang maju bukan berarti negara tersebut menyenangkan. ”Ekonomi baik. Persaingan bakal lebih besar dan ketat,” ungkap Menteri BUMN periode 2011-2014 itu.

Lalu bagaimana cara menghitung negara Indonesia maju? Dahlan mengatakan setidaknya Indonesia harus bisa mencapai pendapatan per kapita sebesar USD 50 ribu tiap tahun. Saat ini, pendapatan per kapita tiap orang masih berada di angka USD 3.500. Artinya butuh lompatan besar agar Indonesia bisa maju.

Dahlan memprediksi bahwa pada 2045 Indonesia bisa menjadi negara besar. Setidaknya masuk empat besar. Ketika itu, setidaknya Tiongkok bakal menguasai perekonomian. Disusul Amerika Serikat. ”Untuk posisi ketiga bisa Jerman atau Jepang bahkan India. Indonesia berada di urutan keempat,” katanya.

Pada dasarnya semua negara di dunia memiliki kelas sosial. Di Boston, Amerika Serikat, misalnya. Penduduk miskin masih 20 persen. Ada masyarakat pekerja keras, ada juga yang malas-malasan. Gap seperti ini tidak akan bisa dihilangkan meskipun suatu negara masuk kategori maju.

Namun bagi Dahlan seseorang harus mau bekerja keras. Sebab hasil pekerja keras dengan orang yang bekerja apa adanya berbeda.

 

Dahlan juga meminta agar semakin banyak pemuda yang mau berkuliah di jurusan teknik. Menurutnya lulusan teknik dengan lulusan sosial memiliki cara berpikir yang berbeda. Lulusan teknik lebih logis, sistematis, dan rasional. Ke depan dibutuhkan masyarakat yang mampu berpikir logis. ”Kalau tidak logis pasti ditolak. Teknik itu juga harus presisi,” ujar Dahlan.

Staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ags Tjahjana Wirakusumah kemarin juga mengatakan bahwa di masa depan bakal banyak energi baru. Perlu kolaborasi untuk pengembangan energi. Seperti pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.

Pada 2030 pemerintah menargetkan 3,6 gigawatt bisa dihasilkan PLTS. Kalau skalanya lebih gede, capaiannya mencapai 4,68 giga watt. Sedangkan pembangkit listrik bertenaga panas bumi ditargetkan bisa mencapai 9,3 giga watt pada 2035. ”Program seperti ini yang terus kami dorong. Juga sepeda motor bahan bakar minyak (BBM) bisa beralih ke listrik,” ujarnya. (Andre Bakhtiar)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: