Pengais Rezeki di TPU Kembang Kuning

Pengais Rezeki di TPU Kembang Kuning

PENYELA Jika tak sedang membersihkan makam, Musinah mengisi waktu istirahatnya dengan membuat patch bunga di tengah-tengah makam.-Nadine Churnia Putri-

Nur (61) dan Musinah (55), suami istri yang sama-sama bekerja menjadi pembersih makam di TPU Kembang Kuning Surabaya. Mereka melakukannya sejak 1992 hingga sekarang. Masing-masing menjaga sekitar 200-an makam. 

Walaupun sudah tua, mereka tetap semangat. Keduanya menjaga makam sejak pukul 8 pagi hingga Magrib.

Padahal upah mereka kecil. Dalam satu tahun, Nur dan Musinah masing-masing mendapat uang Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu. Utamanya diterima saat Hari Raya Natal dan Ceng Beng.

”Biasanya kami bayaran pas Natalan sama Ceng Beng. kadang kalau ada yang nyekar saya ikutin terus, setelah nyekar saya dikasih Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu. Bayaran setahun itu bisa buat bayar sewa rumah. Per tahunnya Rp3 juta. Listriknya per bulan Rp 150 ribu,” kata Musinah.

Menurut mereka, merawat makam paling sulit saat musim ketiga. Karena mereka harus rajin menyiram rumput-rumput. Karena itu makam yang dijaga Nur dan Musinah biasanya rumputnya tidak akan ada yang mati. 

Selain membersihkan makam, Musinah punya pekerjaan sampingan. Dia membuat patch bunga dan Nur mengumpulkan bunga kamboja putih yang sudah dikeringkan. ”Saya nyambi borongan bikin tempelan bunga kain buat baju. Setoran per 150 biji dapat upah Rp3 ribu. Lumayan sebulan bisa dapat Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu. Bisa buat beli beras dan belanja,” ucap Musinah.

Bunga kamboja putih yang sudah dikeringkan itu akan dijual dengan harga Rp 15 ribu per kg. Seminggu, Musinah kadang mendapatkan 3-5 kg. Tergantung panas matahari. Semakin panas semakin banyak bunga kamboja keringnya. ”Kamboja yang kering biasanya diolah menjadi aromaterapi dan parfum,” katanya.

Banyak suka duka yang mereka alami selama menjadi pembersih makam. Salah satunya berhadapan dengan sesama penjaga makam yang nakal. ”Kalau melihat saya mendapat bayaran, mereka suka meminta persenan (bagian, Red). Kalau tidak dikasih mereka akan merusak makam yang saya rawat,” katanya.

Meskipun begitu, ada alasan mengapa mereka tetap menjadi pembersih makam. Tak lain adalah untuk memberikan kenyamanan dan menjaga kepercayaan keluarga peziarah. 

Dalam bekerja mereka bekerja sama dengan para penjaga makam yang lain. ”Kalau ada yang mencari makam tapi enggak di situ biasanya bisa meminta teman menggantikan. Tapi harus nggupahi yang manggilin tadi. Jadi kalau saya dapat Rp100 ribu harus ngupahi Rp10 ribu, dapat Rp200 ribu ngupahi Rp20 ribu,” terangnya.


TERAMPIL Tangan-tangan Musinah yang membuat patch bunga yang dia setorkan untuk mendapatkan uang Rp20-300 ribu per bulan. Lumayan bisa buat beli beras, katanya.-Nadine Churnia Putri-


MENCARI PELUANG Nur tengah memetik bunga kamboja putih di makam untuk kemudian ia jemur hingga kering. Hasil dari penjualan bunga inilah yang menjadi penghasilan tambahannya bersama Musinah, istrinya.-Nadine Churnia Putri-


SUMBER HIDUP Bunga kamboja putih yang sudah kering dan siap untuk dijual itu sebelumnya harus dijemur hingga kering selama satu hari lamanya. Yang kering biasanya diolah menjadi aromaterapi dan parfum.-Nadine Churnia Putri-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: