Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jatim Menurun

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jatim Menurun

Ilustrasi ibu hamil.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pada 2022, jumlah kematian ibu (AKI) di Jatim kembali turun. Tahun sebelumnya angka kematian mencapai lebih dari 1.000 (lihat grafis). Tingginya kasus kematian itu bukan karena ibu yang melahirkan. Melainkan karena Covid-19.

”Alhamdulillah, jumlah kematian ibu 2022 mengalami penurunan signifikan. Yaitu, turun 780 kasus. Di 2021, perbandingan kasus AKI sebesar 234,7 per 100.000 kelahiran hidup. Di 2022 perbandingannya menjadi 93 per 100.000 kelahiran hidup,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Senin, 6 Maret 2023.

Selain itu, angka kematian bayi (AKB) di provinsi tersebut berhasil turun. Jumlah kematian bayi pada 2022 turun 182. Dari 3.354 kasus pada 2021, turun menjadi 3.172 kasus.

Capaian itu menjadi bukti layanan kesehatan masyarakat di Jawa Timur makin baik. Terutama bagi para ibu yang hendak melahirkan beserta bayinya. Mulai kualitas tenaga kesehatan hingga infrastruktur dan fasilitas kesehatan. 

Meski berhasil menurunkan angka kematian ibu, Khofifah mengajak semua pihak terkait untuk kian erat membangun sinergisitas. Dengan begitu, angka kematian ibu dan bayi di Jatim bisa terus turun.

”Mari kita berikan pelayanan terbaik bagi para ibu. Saya minta kepada Kadinkes Jatim untuk terus mengawal kesehatan ibu dan anak di Jatim. Yakni, dengan meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas,” ujarnyi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Erwin Astha Triyono berkomitmen terus melakukan langkah-langkah percepatan dalam penurunan AKI/AKB di Jawa Timur.

”Salah satunya dengan meningkatkan kunjungan pelayanan pemeriksaan kehamilan. Dari awalnya 4 kali kini menjadi 6 kali. Dokter berperan aktif dalam pemeriksaan kehamilan dengan pemeriksaan USG terbatas,” terangnya.

Juga, akan meningkatkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Termasuk pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Dengan kunjungan neonatus, sistem rujukan, serta melakukan pendampingan ke RSUD kabupaten/kota.

”Pemberdayaan masyarakat juga penting. Yakni, dengan mendukung program kesehatan ibu dan anak. Melalui gerakan ibu hamil sehat, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, dan posyandu,” papar Erwin.

”Termasuk pemanfaatan buku KIA dan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Semua itu juga didukung TP PKK dan organisasi kemasyarakatan lainnya,” tambahnya.

Dinkes Jatim juga memiliki inovasi yang mereka sebut Buaian (Bunda Anak Impian). Penerapannya dengan melakukan pendampingan kepada ibu hamil risiko tinggi. Program itu dibikin untuk menjaga kesehatan ibu hamil hingga melahirkan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: