Kasus Mutilasi Koper Merah di Bogor: Pelaku Ditangkap, Motif Tidak Rasional

Kasus Mutilasi Koper Merah di Bogor: Pelaku Ditangkap, Motif Tidak Rasional

ILustrasi mayat mutilasi di koper merah di Bogor.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tersangka mengaku ke polisi, dirinya menikam R dengan pisau ke arah leher di dalam apartemen. Setelah R tewas, DA bingung membuang jasadnya. Ia coba memotong dengan pisau yang digunakan, tetapi kesulitan untuk membelah tulang.

Akhirnya, DA membeli gerinda pemotong keramik di toko dekat apartemen. Lalu, jadilah potongan seperti itu. 

Motifnya? Dijawab AKP Yohanes Redhoi hasil pengakuan tersangka: ”Tersangka marah kepada korban yang minta hubungan intim (tepatnya, korban meminta tersangka membantu korban melakukan masturbasi/hand job).”

Motif sesungguhnya tidak ada yang tahu, selain tersangka dan korban. Berdasar pengakuan tersangka kepada polisi, motifnya seperti itu. Namun, polisi akan menggali lebih dalam. Melacak bukti hukum dan saksi-saksi tidak langsung. 

Pengakuan tersangka itu aneh. Sebagai pasangan homoseksual, pasti mereka sudah terbiasa berhubungan intim sejak Desember 2022. Tapi, mengapa tersangka baru marah kepada korban sekarang?

Dua psikolog kenamaan dunia, Alysondra Duke dan Meghan M. Davidson, dalam karya mereka yang bertajuk Same-Sex Intimate Partner Violence: Lesbian, Gay, and Bisexual Affirmative Outreach and Advocacy (2009), menyebutkan, tindak kekerasan pada hubungan intim pasangan homoseksual berfokus pada: homofobia.

Homofobia adalah rasa takut salah satu, atau kedua, pasangan. Takut mengungkapkan problem yang berpotensi berkembang jadi tindak kekerasan, kepada orang lain di luar pasangan tersebut. 

Seandainya mereka mengungkap kepada orang lain, sudah pasti tidak akan dipercaya, atau diabaikan, atau malah dicibir orang lain yang dilapori. Sebab, mereka bukan pasangan heteroseksual alias pasangan mayoritas.

Homofobia menyebabkan individu homoseksual yang agresif (agresor) tidak dalam kontrol. Artinya, berani-beranian bertindak kekerasan terhadap pasangan karena tanpa kontrol sosial.

Sebaliknya, korban agresi merasa takut ”diceraikan”. Sebab, mencari pasangan baru tidak gampang. Tepatnya, tidak segampang individu heteroseksual. 

Dari korelasi antara homofobia dan rasa takut diceraikan, tindak kekerasan pada pasangan homoseksual lebih intens daripada pasangan heteroseksual.

Penyebab tindak kekerasan sangat bervariasi. Variasinya lebih rumit jika dibandingkan dengan tindak kekerasan terhadap pasangan heteroseksual. Tidak diperinci satu per satu karena sangat banyak.

Pada kasus koper merah Bogor, sesuai pengakuan tersangka, motif pembunuhan tidak rasional. Itulah pengakuan tersangka. Bakal diuji dalam penyidikan, kemudian di pengadilan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: