Suara Keluarga Korban Kanjuruhan Soal Pembatalan Piala Dunia U-20

Suara Keluarga Korban Kanjuruhan Soal Pembatalan Piala Dunia U-20

Keluarga korban Kanjuruhan Lilis Kurniawati menangis di hadapan IGK Manila di acara doa bersama 100 hari Tragedi Kanjuruhan di Malang, 9 Januari 2023.-Boy Slamet/Harian Disway -

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Keputusan FIFA untuk mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menuai kontroversi. Perdebatan demi perdebatan sudah percuma. FIFA sudah menentukan sikapnya.

Ada poin yang perlu digaris bawahi dalam rilis resmi FIFA. Federasi sepak bola dunia itu, tetap berkomitmen membantu Indonesia dalam proses transformasi sepak bola, pasca tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu. FIFA berjanji akan mengirim tim ke Indonesia dan memberikan bantuan.

Sementara itu, keluarga korban tragedi Kanjuruhan menyikapi positif keputusan FIFA membatalkan status Indonesia, menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

BACA JUGA:Yang Tak Kunjung Padam: Kisah Para Eksil yang Disingkirkan Bangsa Sendiri

BACA JUGA:Dahlan Iskan Ajak Istri Buka Puasa di SWK Wiyung

Pada rilis resmi yang diterima Harian Disway dari Tim Gabungan Aremania (TGA), sikap tegas FIFA itu diartikan sebagai pengingat kepada Pemerintah Indonesia. Pemerintah harus lebih berempati kepada korban dan keluarga korban, tragedi yang mencoreng persepakbolaan tanah air.

“Suara kami sudah mulai serak dan habis. Perhatian dan keadilan yang kami perjuangkan selama ini sepertinya tak didengarkan Pemerintah. Ini terlihat pada putusan-putusan pengadilan yang sungguh menyakiti hati dan merusak rasa keadilan kami”, ungkap  Juariyah, Ibu korban Shifwa Dinar Artamevia di Posko TGA, Kamis, 30 Maret 2023.


Demokstrasi Aremania atas pengusutan kasus Kanjuruhan yang dianggap tidak adil.-Bud Wichers/Harian Disway-

Keputusan FIFA itu mewakili perasaan para korban dan keluarganya. Seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Ada 135 nyawa melayang, dan kalian tetap bermain bola. Kalimat itu menggema di mana-mana.

“Ini sebagai pengingat bahwa ada hal yang belum selesai di negeri ini. Dampak tragis Tragedi Kanjuruhan yang kami rasakan selama ini, sepertinya hendak dilupakan begitu saja. Pesta pora olahraga masih hendak dilanjutkan, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, padahal kami sangat berharap adanya perhatian dan keseriusan Pemerintah untuk penyelesaian tragedi tersebut,” imbuh Juariyah.

Pada kesempatan yang sama, Koordinator TGA Dyan Berdinandri mendesak pemerintah, untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga korban. Serta mengupayakan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas.

“Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepakbola atau suporter semata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya,” papar Dyan.

BACA JUGA:Sudah Dikremasi 2014, Lansia Ini Pulang Kampung

BACA JUGA:Maia Kealoha si Gadis Hawaii Perankan Lilo dalam Live Action Lilo & Stitch

TGA mengajak seluruh masyarakat Indonesia, untuk bergandeng tangan untuk mengupayakan pengusutan tragedi Kanjuruhan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: