4 Alasan Menonton Film Korea The Devil’s Deal

4 Alasan Menonton Film Korea The Devil’s Deal

AKTING Cho Jin-woong sebagai politisi yang berambisi menjadi presiden dalam The Devil’s Deal. -Fantasia Film Festival via Variety-

SATU LAGI film Korea yang layak disaksikan di bioskop bulan ini. Yakni The Devil’s Deal, yang tayang sejak Jumat, 29 Maret 2023. Disutradarai oleh sineas spesialis noir Lee Won-tae,  film itu menceritakan perjanjian di balik kuatnya (dan kotornya) orang-orang di dunia politik Korea. Ceritanya dikemas menarik dengan sajian akting, set lokasi, dan plot yang tidak terduga.

Kisahnya dibangun berlatarkan kemelut politik Korea pada 1992. Jelang pemilihan presiden. Menggambarkan persaingan sengit antarcalon hingga berakhir pada perjanjian yang membuktikan permainan gelap di dunia politik.

Pada masa itu, teknologi masih terbatas. Informasi akurat hanya bisa didapatkan melalui koran. Televisi dan radio hanya ada di beberapa kota. Medsos belum lahir. Mark Zuckerberg masih SD.

Sebelum dirilis untuk umum, film ini lebih dulu ’’jalan-jalan’’ di aneka festival. The Devil’s Deal diputar perdana di Fantasia International Film Festival, Montreal, Kanada, pada Agustus 2021. Dan berhasil masuk nominasi Film Terbaik.

Ia kemudian dibawa ke Hawaii International Film Festival pada November 2021. Lalu, pada April 2022, ia tayang dalam Florence Korean Film Festival di Firenze, Italia. Setelah mendapat ulasan bagus dari kritikus, The Devil’s Deal akhirnya tayang di bioskop Korea pada 1 Maret 2023. Lalu menyusul dirilis secara global akhir pekan lalu.

Dilihat dari rating di berbagai situs agregator, The Devil’s Deal mungkin tidak sebrilian film-film aksi Korea tahun lalu. Namun, tetap ada beberapa alasan untuk menyaksikannya di bioskop. Berikut di antaranya.

Premis Menawan

Kisah The Devil’s Deal berpusat pada Jeon Hae-woong (Cho Jin-woong), seorang politisi yang berhasrat menjadi presiden. Ia lantas dicalonkan oleh Majelis Nasional, yang secara de facto dipimpin oleh Kwon Soon-tae (Lee Sung-min). Soon-tae adalah tokoh paling berpengaruh dalam politik Korea, meskipun sosoknya sendiri selalu tersembunyi di balik layar.

Namun, Soon-tae ternyata punya rencana lain untuk menggantikan Hae-woong. Akhirnya, Hae-woong bangkit sendiri. Ia berhasil mendapatkan dokumen rahasia yang berhubungan dengan rencana pembangunan di Busan. Ia pun bekerjasama dengan kelompok gangster yang diketuai Kim Pil-do (Kim Mu-yeol), untuk melanjutkan ambisinya.

Namun, perjalanan menuju kursi nomor satu di Korea tidak mudah. Karena Soon-tae menjalankan rencana jahat demi menyingkirkan Hae-woong. Wah, percaturan politik yang cukup familiar, bukan? Hehe…

Paduan Sineas-Aktor Top


INTERAKSI dua aktor chungmuro, Cho Jin-woong (kiri) dan Lee Sung-min menjadi daya pikat The Devil’s Deal. -Fantasia Film Festival via Variety-

Film ini digarap oleh sutradara berpengalaman, Lee Won-tae. Ia sempat menggarap berbagai genre, sebelum akhirnya nyaman menggarap action-thriller. Film terakhirnya sebelum The Devil’s Deal adalah The Gangster, The Cop, The Devil. Salah satu film terlaris di Korea pada 2019. Dengan penghasilan mencapai KRW 37,2 miliar. Atau setara dengan Rp 426,6 miliar.  

Dalam The Devil’s Deal, ia kembali menggandeng aktor kesayangannya, Kim Mu-yeol. Salah seorang pemeran utama The Gangster, The Cop, The Devil. Namun, dalam film baru ini, yang diplot sebagai penyampai narasi adalah Cho Jin-woong. Aktor chungmuro kawakan yang sudah membintangi 55 film layar lebar. Termasuk The Handmaiden dan The Outlaws. Dengan kolaborasi aktor dan sineas yang sama-sama matang, penceritaan film ini makin tajam.  

Intrik Seru

Penonton dibawa ke dalam kisah kelam politisi yang bermain kotor di balik jargon-jargon demokrasi. Peran Lee Sung-min sebagai Kwon Soon-tae menunjukkan keangkuhan petinggi yang memiliki banyak uang dan jaringan. Mempermudah jalan seolah-olah hanya ia yang dapat mengatur Korea. Hal ini ditunjukkan melalui dialog-dialog tajam dengan setiap lawan bicaranya.  Segala kata-kata mereka dapat ia tangkis dengan aksi keji yang tersusun rapi.

Begitu juga dengan Cho Jin-woong yang memerankan Jeon Hae-woong. Awalnya, sebagai kandidat presiden, ia terlihat baik dan bersih di depan rakyat. Namun, setelah lepas dari Soon-tae, kelicikannya muncul. Banyak yang tertipu dengan sikapnya yang seolah-olah bersih. Tapi aslinya sama saja dengan permainan kotor Soon-tae.

Tidak hanya berakting dengan raut wajah dan ucapan dari dialog, Cho Jin-woong juga menampilkan adegan kekerasan yang cukup sadis. Performanya benar-benar komplet di film ini.

Peran pimpinan gangster, Kim Pil-do, yang dibawakan dengan menawan oleh Kim Mu-yeol, berhasil mencuri perhatian penonton. Mimik mukanya memperlihatkan ia seorang jagoan namun berkelas. Ia mampu mengelola bawahannya dengan baik dan tegas. Sungguh peran yang cocok diberikan kepada aktor serbabisa seperti Kim Mu-yeol.


PUNYA BANYAK strategi busuk, Kim Pil-do (diperankan Kim Mu-yeol, tengah) dan pasukan gangsternya siap memuluskan langkah Cho Jin-woong menjadi presiden. -Fantasia Film Festival via Variety-

Plot Tak Terduga

The Devil’s Deal mengisahkan hal-hal buruk di balik dunia politik Korea yang baru beberapa tahun lepas dari rezim otoriter. Kalau dibayangkan, kira-kira mirip Indonesia ketika era reformasi sedang hangat-hangatnya. Niatnya sih demokratis. Tapi, dalam politik yang sudah telanjur busuk, sulit sekali lepas dari praktik-praktik korup.

Untuk menggapai kekuasaan, seseorang butuh modal kuat. Termasuk finansial. Itu sudah terlihat pada awal-awal film. Nah, ketika Hae-woong kehilangan segala dukungan dari Soon-tae, semuanya berubah. Sisi-sisi buruknya mulai terbongkar, ketika ia rela melakukan berbagai hal keji demi merebut kekuasaan, melibatkan banyak orang yang tak terduga.

Di ujung film, terdapat sebuah plot twist yang—kata anak Twitter—membagongkan. Sekaligus bikin kita tersadar: politik memang seperti itu. Permusuhan dan pertemanan tak ada yang abadi. Yang abadi hanya kepentingan.

Film ini merupakan tontonan untuk dewasa. Tema dan plotnya cukup berat, dan penuh adegan kekerasan. Namun demikian, suguhan visualnya sukses membawa kita melanglang buana ke era 90an. Penonton-penonton Gen Z pun seperti belajar sejarah. Sungguh memperkaya wawasan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: