Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (4): Nobar Indonesia Vs Thailand di Ponorogo

Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (4): Nobar Indonesia Vs Thailand di Ponorogo

Juri Guruh Dimas (kiri ) dan Probo Darono Yakti berpose dengan kendaraan suport dari Honda B-RV di atas Pantai Teleng Pacitan.-Boy Slamet-

Setelah memastikan kemenangan, barulah ia mengajak berangkat ke kota tujuan selanjutnya: Pacitan. Saat berpamitan, ia sempat menggoda Pak Pasiter. "Ijin, ndan. Maaf lho ndan, 4-2," katanya. 


Fotografer Harian Diswa Boy Slamet (kanan ) mempelajari strategi lawan mainnya, Pasiter Kodim Ponorogo, Kapten Armed. -Guruh Dimas Nugraha-

Kami pun pergi ke Pacitan. Seperti biasa, bergurau sepanjang perjalanan. Dosen Probo dan Azka sempat penasaran, apakah Ponorogo, tempat yang kami lalui punya wilayah laut atau tidak. "Sepertinya kok enggak," kata Dosen Probo. 

"Coba dicek di google, pak," kata Azka. Sebelum keisengan itu berlanjut sampai butuh pembuktian segala, akhirnya saya tengahi, "Sudah, sudah, kalau Ponorogo tidak punya wilayah laut, besok saya buatkan".

Kami sampai di wilayah perbukitan Pacitan. Cukup bagus suasananya. Di kanan jalan terdapat seni instalasi bertuliskan: Bumi Kelahiran SBY. Mantan Presiden SBY memang lahir di kota itu. Lalu karena sudah waktunya makan, kami memutuskan berhenti di warung bakso.

Saya lupa nama warungnya apa. Dosen Probo mencoba mencarinya di google maps kemudian me-review-nya dengan ulasan positif. Ia cerita, jika pernah dapat hadiah dari google karena sering memberi ulasan. 

Pak Boy uring-uringan pada saya. Katanya saya sakit, tapi masih bisa makan banyak. Lha wong saya sudah mendingan, kok. Soalnya obatnya dokter cess pleng. Malah ketika Pak Boy cuci tangan, saya ambil pentolnya satu biji. Sepertinya ia tidak sadar kalau jumlah pentolnya berkurang karena terlalu sibuk memotret saya makan. (*)

Dari Pacitan lalu ke Trenggalek. Baca edisi besok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: