Kisah Hidup Huang Che Ming
Ilustrasi Aisah dan Haang Che Ming--
Aisah: ”Bos saya dan istrinya pisah rumah. Mereka cerai enggak, nyatu juga enggak. Malah tidak saling bicara. Istrinya enggak mau ngurusin anak-anak, terutama karena ada Huang yang kondisinya begitu.”
Saat hari pertama bekerja, Aisah kaget. Tugas paling berat, mengurus Huang itu. Menyuapi makan. Memandikan dan memakaikan pakaian. Nyeboki. Bahkan, menjaga agar tidak jatuh karena jalannya geloyoran.
Aisah kecewa, jauh-jauh dari Karawang ke Taiwan, dapat pekerjaan begitu. Berat. Tapi, dia tidak mungkin membatalkan karena penempatan itu sudah dirancang lembaga penyalur TKI di Indonesia. Dia tak boleh menolak.
Penasaran, Aisah bertanya ke Laopan, tentang kondisi Huang. Laopan menjelaskan bahwa kondisi Huang sejak lahir sudah begitu. Dokter menyebutnya down syndrome.
Aisah: ”Waktu Huang baru lahir, mamanya minta ke dokter agar bayi itu disuntik mati. Pihak rumah sakit masih rapat soal itu. Tapi, bos saya menolak keras suntik mati Huang. Dari situ bos sama istri jadi enggak rukun, akhirnya pisah rumah.”
Laopan bertekad merawat sendiri Huang sejak bayi. ”Bos sangat sayang sama Huang. Setelah Huang umur 16, barulah saya masuk kerja di rumah tangga bos.”
Dari cerita itu, dan kenyataan ibunda Huang tinggal tak jauh dari situ tapi ogah mengurus rumah tangga, Aisah jatuh iba. Dia lama-lama ikhlas mengurus Huang. Rutin tiap hari. Cuma, kalau Laopan libur kerja, Huang diurus ayahnya.
Pada 2019 kontrak kerja Aisah berakhir. Aisah memutuskan pulang kampung. Sebab, dia punya dua anak di Karawang. Dirawat ayah mereka. Tapi, rencana kepulangan Aisah dicegah Laopan. Kontrak hendak diperpanjang, tapi Aisah menolak.
Aisah: ”Bos dengan sedih bilang, siapa yang mengurus Huang kalau kamu pulang ke Indonesia? Saya bilang, saya juga punya dua anak, pengin ngurus anak saya sendiri.”
Kemudian, dicapai kesepakatan, Aisah diminta Laopan jangan pulang dulu, sambil menunggu dapat PRT pengganti. Aisah setuju menunda kepulangan.
Aisah: ”Dicoba perawat berkali-kali gagal. Perawatnya mau, Huang enggak mau. Huang nangis, enggak mau saya tinggal. Sampai tujuh perawat dicoba berhari-hari, tidak cocok semua. Saya jadi bingung.”
Pikir punya pikir, Laopan memutuskan, Aisah boleh membawa Huang ke Karawang. Biaya hidup Huang dan honor Aisah ditransfer Laopan setiap bulan. Biaya kesehatan Huang kalau dirupiahkan sekitar Rp 3 juta per bulan. Belum termasuk makan.
Aisah mikir. Dia menelepon suami di Karawang, minta pertimbangan. Suami Aisah sudah tahu keseharian Aisah dan Huang. Tapi, belum tahu bahwa Huang akan dibawa pulang Aisah.
Esoknya, suami Aisah menyatakan setuju Huang dibawa ke Karawang, asal biaya hidup dan kesehatan Huang ditanggung ayahnya.
Aisah: ”Tahun 2019 saya pulang ke Karawang bertiga: Sama Huang dan kakak perempuannya. Kakak perempuan menginap semalam di rumah saya, esoknya pulang balik ke Taiwan.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: