Penjurian Lapangan Brawijaya Award (14): Dipungkasi dengan Rumput Vetiver dan Rapling
RUMPUT VETIVER yang bisa mencegah erosi dibudidayakan oleh Serda Rusmali, Babinsa dari Kodim Nganjuk.-Elvina Talitha Alawiyah-
Hari terakhir penjurian 50 besar Brawijaya Awards. Selain Serda Nyamianto, di Nganjuk masih ada dua babinsa inspiratif yang akan kami datangi. Serda Rusmali dan Serka Agus Santoso.
Dari Desa Gemenggeng, tim dua menuju lokasi pembudidayaan rumput vetiver di Desa Ngerawan. Tempatnya di halaman belakang rumah Serda Rusmali. “Tahun 2021 ada longsor di Klodan. Korban meninggal banyak sekali,” cerita Rusmali. Setelah itu, ia berinisiatif untuk menanam rumput vetiver di lereng gunung bekas longsor.
Alvin dan Elvina diajak untuk mengambil gambar di lokasi penanaman rumput vetiver. Sambil menunggu mereka, kami duduk santai di teras rumah Rusmali. Karena tidak sempat ke Koramil Ngetos, akhirnya Danramil Kpt Inf Musleh yang menghampiri kami.
Kemudian, kami bergerak ke Koramil Kertosono. Di sana, Serka Agus Santoso mengumpulkan remaja yang tergabung dalam Saka Wira Kartika binaannya. Hari itu, Agus memberikan materi rapling (menuruni tebing dengan tali).
FORMASI LENGKAP tim 2 fotografer Alvina Talitha Alawiyah, ketua tim Pace Morris, juri akademisi Drs Pudjio Santoso, M.Sosio, dan videografer Alvin Goldianno.-Istimewa-
Rupanya, kegiatan pemberdayaan pemuda yang dilakukan Agus tidak hanya di Koramil. Kami juga diajak ke Panti Asuhan milik Dinas Sosial Provinsi. Di sana, Agus membina anak yatim piatu. “Kami bersyukur ada pak Agus. Anak-anak ini jadi bisa disiplin. Ada perubahanlah dibanding waktu mereka baru datang. Anak-anak di sinikan banyak yang gak punya orang tua. Hidupnya di jalanan,” ungkap Uma Hayati pengurus panti.
Rangkaian penjurian tim 2 selama empat hari berakhir di Stadion Tembarak Kertosono. Belasan remaja yang ingin mendaftar TNI/Polri dan sekolah kedinasan, dibina Agus melalui Bina Taruna Kertosono (BTK). “Ada beberapa dari hasil binaan Serda Agus yang berhasil masuk tentara dan polisi. Ada juga yang di STPDN,” kata Kpt Inf Muhtari, Danramil Kertosono.
Penjurian selesai, saatnya kami kembali ke Surabaya. Kebersamaan tim 2 selama empat hari, penuh canda, dan tawa.
Saya meminta Elvina untuk mengirimkan foto-foto narsis saya dan pak Pudjio ke grup yang saya buat. “Gak iso mas groupnya sampeyan kunci,” kata Elvina.
Ternyata setelah beberapa hari baru terungkap. Hanya saya yang bisa mengirim pesan di group itu. Pantas saja sepi selama ini. “Koyok grup RT ku ae dikunci (seperti grup RT saya saja di kunci),” timpal pak dosen Pudjio. Kami semua pun tertawa. (*)
Tim 3, Pusing Sebelum Berangkat. Baca edisi besok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: