Penjurian Lapangan Brawijaya Award (28): Lapar Lemas, Kenyang Ngantuk

Penjurian Lapangan Brawijaya Award (28): Lapar Lemas, Kenyang Ngantuk

Tim Juri 4 Brawijaya Awards mendatangi Koramil 0813/09 Sumberejo, Bojonegoro.-Moch Sahirol Layeli-

Sekitar 15 menit kami berbincang-bincang tentang detail program yang dibuatnya. Yakni membuat kerajinan dari pelepah pisang. Setelah itu, kami minta agar bisa melihat langsung program yang telah dibuatnya itu.

Doa saya pun terkabul. Sebelum berangkat ke lokasi, Kades Piyak ternyata sudah menyiapkan makanan. Kami pun diminta menyantap suguhan itu sebelum berangkat ke lokasi yang akan ditunjukkan Serda Joko.

Perut yang sedari tadi kosong, akhirnya terisi dengan seporsi bakso yang disediakan. “Silahkan tambah mas. Jangan malu-malu,” ucap Aziz yang juga ikut makan bersama kami. Kami memang tidak malu-malu untuk nambah.

Usai makan, kami langsung melihat karya yang dibuat oleh babinsa itu. Kami mendatangi rumah warga yang letaknya tak jauh dari kantor desa. Honda Mobilio yang kami tunggangi selalu dikawal oleh personel kodim 0813/Bojonegoro.

Sesuai kesepakatan awal, kami hanya sebentar di rumah itu. Hanya melihat babinsa itu praktik. Kami pun langsung diantar ke destinasi berikutnya. Ke tempat babinsa Sertu Lamsir bertugas. Yakni di Desa Klampok, Kecamatan Kapas.

Lokasinya lumayan jauh. Dari lokasi Serda Joko, memakan waktu sekitar 10 menit perjalanan. Tim juri langsung diantar ke kantor desa Klampok. Kepala Desa Klampok Agus Suprianto sudah menunggu kami di sana. Suguhan pun sudah disiapkan di atas meja.

Hanya sebentar kami di sana. Sambil melihat pupuk organik yang telah dibuat Sertu Lamsir. Kami juga diantarkan untuk melihat hasil padi yang diberikan pupuk tersebut. Saat kami pulang, rupanya Kades Klampok meminta kami untuk makan lagi.

“Waduh perut saya sudah gak kuat lagi ini bang,” kata Sahirol diakhiri dengan ketawa.

Yo podo mas (ya sama mas),” timpal pak dosen dari kursi belakang.

Tapi, karena kita sudah berada di rumah makan itu, akhirnya kami tetap makan makanan yang telah disuguhkan. Ternyata, habis juga satu porsi makanan. Usai makan, kami sempat bercengkrama beberapa saat. 

Kami sempat terhipnotis dengan sejuknya daerah itu. Sudah dua kali kami makan dalam waktu yang berdekatan. Perut kami sudah terisi full. Masalah berikutnya adalah kami ngantuk. Itulah alasan kami sempat menghabiskan waktu cukup lama.

Kami ingin menghilangkan rasa kantuk itu. Setelah itu, kami pamitan untuk lanjut ke daerah lain. Sebelum pulang, Sertu Lamsir langsung memberikan kami madu. Setiap orang membawa satu botol madu. 

“Ini untuk memulihkan tenaga. Bisa diminum setiap pagi dan malam,” ucap Lamsir.

Kami tidak menyangka, madu yang diberikan Lamsir sangat berguna dalam perjalanan panjang kami mendatangi beberapa kota lainnya. Madu itu bisa memulihkan lebih cepat tenaga kami yang terkuras seharian. (*)

Bojonegoro-Tuban, Perjalanan yang Mengesankan. Baca edisi besok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: