Penjurian Lapangan Brawijaya Award (28): Lapar Lemas, Kenyang Ngantuk

Penjurian Lapangan Brawijaya Award (28): Lapar Lemas, Kenyang Ngantuk

Tim Juri 4 Brawijaya Awards mendatangi Koramil 0813/09 Sumberejo, Bojonegoro.-Moch Sahirol Layeli-

Di daerah, juri lapangan dari Harian Disway dan akademisi dari Universitas Airlangga (Unair) dibuat terkesima melihat kreativitas yang dibuat oleh para bintara pembina desa (Babinsa). Kegiatan mereka sangat inspiratif.

MATAHARI perlahan mulai berada di atas kepala. Jam dinding yang terpajang di kantor Desa Piyak, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, sudah menunjukkan pukul 10.55. “Genderang” di dalam perut pun sudah berbunyi. Kami sudah kompak lapar.


Serda Joko Mulyono dari Kodim Bojonegoro memilin pelepah pisang menjadi tali untuk bahan kerajinan.-Moch Sahirol Layeli-

Tapi itu semua harus ditahan. Kami tidak ingin membuang-buang waktu. Di hari pertama penjurian babinsa inspiratif untuk kontestasi Brawijaya Awards, harus menemui empat babinsa: tiga di Bojonegoro dan satu di Tuban. Hari pertama yang cukup berat.

Untuk mengejar target, kami berempat sepakat satu babinsa hanya paling lama 15 menit. Sehingga, bisa istirahat di Lamongan lebih cepat. Tenaga bisa pulih dan hari kedua bisa melakukan penilaian lebih maksimal.

BACA JUGA:Penjurian Lapangan Brawijaya Award (27): Awal Penilaian yang Menyenangkan

“Kita kalau tidak tepat sesuai jadwal yang ditentukan, harinya bisa bertambah pak dosen (Gitadi Tegas Supramudyo, red),” kataku kepada dosen Universitas Airlangga itu.


Dari pelepah pisang bisa dijadikan beberapa kerajinan tangan yang punya nilai ekonomis yang lebih tinggi.-Moch Sahirol Layeli-

“Betul mas Maikel. Tapi, penilaiannya juga harus tetap maksimal mas. Juga harus objektif,” ucapnya. 

Saya pun langsung menyetujui permintaan pak dosen. 

BACA JUGA:Awarding Brawijaya Awards Digelar 18 Juli

Dalam posisi perut kosong, kami berempat langsung dipertemukan ke Serda Joko Mulyono. Tanpa basa basi, kami langsung ngobrol tentang programnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Sebelum sampai ke kantor desa itu, setibanya kami di Bojonegoro, kami langsung mendatangi Koramil 0813/09 Sumberejo. Beberapa personel TNI AD sudah menunggu kedatangan kami di sana. Kami langsung disambut Serda Agus Pujianto dan beberapa personel lainnya.

Saat itu, saya baru mengetahui jika Serma Agustanul Anwar tidak berada di lokasi. Ia sedang menjalankan tugas di luar kota. Pun termasuk Kapten Inf Surahmat, pasiter Kodim 0813/Bojonegoro ketika itu sedang bertugas di luar kota.

Kita tidak terlalu lama di koramil itu. Hanya obrolan singkat sambil mengistirahatkan badan sejenak. Setelah itu, kami langsung tancap gas menuju tiga lokasi tempat bintara pembina desa (Babinsa) inspiratif yang lolos 50 besar itu bertugas.

Sesampai di kantor Desa Piyak, kami langsung menemui Serda joko. Ia didampingi Kepala Desa Piyak Moch Abdul Azis. Personel TNI AD itu pun sangat antusias untuk menceritakan. Saya dan pak dosen pun semangat juga untuk mempertanyakan keberhasilan dari program yang digagasnya itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: