Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2023; Vakum Tiga Tahun, Kini ada Tarian Enam Negara

Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2023; Vakum Tiga Tahun, Kini ada Tarian Enam Negara

SENIMAN BERBAGAI NEGARA naik becak dari Jalan Tunjungan menuju Balai Kota Surabaya, Minggu, 16 Juli 2023.-Sahirol Layeli-Harian Disway-

Akhirnya, Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) digelar kembali. Sebelumnya vakum tiga tahun gara-gara pandemi Covid-19. Hari pertama perhelatan SCCIFAF ke-16 pun dibuka dengan parade budaya lintas negara, Minggu, 16 Juli 2023.

 

JALAN Tunjungan sudah ditutup sejak pagi, Minggu, 16 Juli 2023. Persiapan parade budaya SCCIFAF 2023.

 

Ribuan warga sudah berjejal di sepanjang jalan. Mulai depan Gedung Siola sampai di depan Hotel Majapahit. Mereka berdiri di belakang pagar di sisi barat jalan. Menanti para peserta parade lewat.

 

Yang paling heboh tentu saja di depan hotel bersejarah itu. Di situlah letak panggungnya. Para peserta unjuk kebolehan masing-masing di aspal jalan. Menari dan berdansa di hadapan warga. 

 

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji serta pejabat lainnya duduk di sisi timur. Disusul para delegasi dari negara-negara yang tampil. Mereka sebelumnya berjalan kaki bersama dari Gedung Siola.

 

BACA JUGA : Sepekan Penuh Kesenian, CitraLand Superfest kembali Hadir

BACA JUGA : Angkat Batik Suroboyo di Karnaval Tunjungan

BACA JUGA : Ketika Jalan Tunjungan Hidup Gara-Gara Pandemi

 

Anak-anak Sanggar Tari Kalimas mendapat kesempatan istimewa. Pasukan patrol dan angklung mereka tampil pertama sebagai pembuka. Dengan memainkan instrumen lagu Surabaya

 

Lagu karya Titik Hamzah, personel Dara Puspita itu, sontak membuat suasana makin riuh. Orang-orang mulai mendekat ke panggung. Apalagi, penampil kedua giliran para bule dari Uzbekistan.

 

Para penari itu mengenakan pakaian kebesaran rakyat Uzbek: kuylak. Tunik dengan motif mirip-mirip pola hiasan Kalimantan. Tak ketinggalan tubeteika, penutup khas negara-negara Islam di Asia Tengah.

 

Mereka adalah delapan pasang laki dan perempuan yang berhadap-hadapan. Menampilkan Tarian Andijan Polka. Diiringi musik khas Asia Tengah yang lekat dengan terompet dan harmonika. 

 

Tarian itu juga punya irama dan gerakan yang khas. Masing-masing pasangan punya serangkaian gerakan energik. Melibatkan langkah-langkah cepat, loncatan, dan putaran.

 


LAMBAIAN TANGAN Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang naik becak bersama istrinya, Rini Indriyani.-Sahirol Layelli-Harian Disway-

 

Nuansanya begitu riang. Eri Cahyadi pun tak kuasa mengajak istrinya, Rini Indriyani, untuk ikut ’’mengaspal’’. Bukan melantai. Maju dan menari mengikuti gerakan para peserta. Lantas disusul oleh para pejabat lain.

 

Ini bukan kali pertama Uzbekistan menjadi peserta. Pun demikian dengan Meksiko dan Korea Selatan. Kedua delegasi negara itu sama-sama menampilkan tarian tradisional. 

 

“Kami selalu tertarik ikut, karena festival ini cocok dengan organisasi kami,” ujar Pemimpin Kelompok Tari Nurafshon dari Uzbekistan, Mamlakat Ulasheva, saat ditemui wartawan. Dia pun sudah kali kedua jadi peserta SCCIFAF. Tentu, Mamlakat berharap bisa terlibat lagi di tahun-tahun berikutnya.

 

Tahun ini, juga ada tiga peserta baru dari Filipina, Yunani, dan Sri Lanka. Filipina menghadirkan kombinasi tarian Salip-Chieftain dari Suku Kalingga di Cordillera. Ditampilkan oleh empat laki-laki dan dua perempuan.

 

Pakaian adat lelaki sangat mirip koteka. Bagian bawah hanya ditutupi semacam selendang. Mereka menarikan Salip. Sementara dua perempuan lain menarikan Chieftain.

 


TARIAN YOSAKOI yang ditampilkan di Taman Surya, Minggu, 16 Juli 2023.-Sahirol Layelli-Harian Disway-

 

Ya, Parade budaya SCCIFAF 2023 ini diikuti enam negara. Sayangnya, Prancis dan India yang seharusnya masuk daftar peserta tak ikut tampil. Jumlah peserta ini tentu lebih sedikit ketimbang 2019 silam yang menghadirkan 13 peserta. 

 

Tetapi, toh, pertunjukan tak kalah meriah. Apalagi dengan kehadiran peserta dari luar kota. Seperti DKI Jakarta, Mojokerto, Kendari, Pangkal Pinang, Banjarmasin, Badung, hingga Ende.

 

“Yang penting, festival ini membuat kerja sama antara Indonesia dan negara-negara peserta lebih baik lagi,” ungkap Eri. Tak hanya dalam sektor budaya. Tetapi juga bidang lain yang lebih luas. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: