Mengenal Sosok Djoeanda Kartawidjaja, Dijadikan Nama Flyover di Bundaran Aloha

Mengenal Sosok Djoeanda Kartawidjaja, Dijadikan Nama Flyover di Bundaran Aloha

JUANDA: Sosok Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja yang namanya disematkan pada Bandara dan Flyover di Sidoarjo salah satu flyover di daerah Sidoarjo.-Dinas Perhubungan Kabupaten Wonogiri-

SIDOARJO, HARIAN DISWAY – Jembatan layang (Flyover) di Bundaran Aloha SIDOARJO bakalan diberi nama Flyover Djuanda. Sebelumnya, masyarakat umum jamak menyebutnya sebagai Flyover Aloha. 

Flyover Djuanda mengambil nama dari salah satu tokoh pembangunan nasional bernama Djoeanda Kartawidjaja. Nama tersebut tentunya sudah tak lagi asing di kalangan masyarakat Surabaya dan Jatim karena disematkan pada bandara terbesar di Jatim yakni Bandara Internasional Juanda Surabaya. 

Meskipun disematkan pada Bandara Jawa Timur, ternyata Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja adalah pria berdarah sunda. 

BACA JUGA:PUPR Ubah Nama Flyover Aloha Jadi Flyover Djuanda

Ia lahir di Tasikmalaya pada 11 Januari 1911. Ia menghabiskan masa belajarnya di sekolah belanda. Setelah lulus dari Hoogere Burgerschool (HBS) Bandung pada 1929, ia mengenyam pendidikan tinggi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) yang sekarang dikenal dengan Intsitut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus empat tahun kemudian.

Jiwa nasionalis Djoeanda terlihat ketika ia lebih memilih mengajar di salah satu SMA Muhammadiyah di Jakarta daripada menjadi asisten dosen di THS. Djoeanda mulai mengajar pada 1933 dan memutuskan untuk mengabdi dalam Jawatan Irigasi di Jawa Barat pada 1937. 

Setelah Indonesia Merdeka, Djoeanda diangkat menjadi Kepala Djawatan Kereta Api (DKARI) berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan RI No 1/KA tanggal 23 Januari 1946. 

BACA JUGA:Beda Dengan Pemkab Sidoarjo, PUPR Nyatakan Flyover Aloha Masih 50 Persen. Tetap Lebih Cepat Dari Rencana

Djoeanda menjabat tak lama, hanya 9 bulan. Namun ia mengemban tugas yang sangat berat mengingat ketika itu kondisi perkerataapian Indonesia sangatlah kacau balau akibat perang.

Di bawah rezim Soekarno, ia mengemban beberapa jabatan menteri. Salah satu prestasinya adalah Deklarasi Juanda yang ia cetuskan pada 13 Desember 1957 ketika Djoeanda menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-10. Dalam Deklarasi Juanda, pemerintah menetapkan lebar laut RI yang awalnya hanya 3 mil menjadi 12 mil laut.

Djoeanda wafat di Jakarta pada 7 November 1963 karena serangan jantung dan dimakamkan di TMP Kalibata. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963, Ir. H. Djuanda Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh nasional/pahlawan kemerdekaan nasional.(Rafif Rayhaan R)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: