Studio Daluang Tanamkan Antikorupsi dalam Klothek'an
Pentas teater "Klothek'an" yang digelar Studio Daluang untuk tanamkan anti-korupsi.-Yusril Ihza-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Studio Daluang menginisiasi pementasan teater di STKW Surabaya, pada 30 September 2023. Mereka menyajikan lakon Klothek'an. Sebuah komedi satire tentang pentingnya menanamkan sikap antikorusi di kalangan generasi muda.
Berkisah tentang tokoh bernama Widodo yang terpilih sebagai kepala desa. Ia rupanya tak amanah, karena dana pembangunan Jembatan Piyak yang terkenal angker di mark-up.
Dengan kecurangannya itu, warga protes. Terlebih sejak kepemimpinan Lurah Widodo, proses jual-beli jabatan di Desa Sugihwaras semakin marak.
"Salah satu hal yang unik dalam pementasan kali ini adalah kami menawarkan sistem baru kolaborasi sebagai relawan atau kontributor kepada berbagai pihak yang memiliki kepedulian dan jiwa sosial yang tinggi," ujar Syah Laksmi Adabi, produser acara.
BACA JUGA: Rupa-Rupa Karya di Dies Natalis ke-34 Teater Kusuma Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
BACA JUGA: Ingin Ikut Teater Atau Reenaksi Sejarah? Bisa Sewa Kostum dan Properti di Sini
Baginya, ruang kolaboratif studio Daluang bukan UKM yang dinaungi instansi perguruan tinggi, rumah produksi, atau perusahaan. Dengan kata lain: independen.
Maka melalui pementasan tersebut, studio Daluang melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya generasi muda bersikap antikorupsi. Bukan melalui penyuluhan seperti lazim dilakukan. Melainkan dengan pementasan dalam bentuk opera.
"Lebih baik mencegah daripada mengobati". Itulah peribahasa yang dibawa Studio Daluang dalam Klothek'an. Mereka mencoba mencegah penyakit akut bernama korupsi.
Mereka mulai membuka pendaftaran pada Juli dan berhasil mengumpulkan 121 kontributor. Sebanyak 26 di antaranya telah terpilih dalam seleksi batch 1.
Pementasan Klothek'an dilangsungkan di Gedung Teater STKW Surabaya pada Sabtu, 30 September 2023. Yang unik, sebelum masuk panggung, penonton wajib menulis jawaban pada form registrasi yang telah disediakan.
Yakni pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isu korupsi. "Melalui form tersebut, kami berharap dapat menyaring penonton agar tujuan pementasan lebih tepat sasaran," ujar Co-Produser, Rekha Aqsoliafitrosah.
Pada pertunjukan Klothek'an, setiap aktor akan mendapatkan fasilitas pelatihan seperti kelas keaktoran. Namun, yang membedakan dengan kelas keaktoran pada umumnya adalah metode yang digunakan dalam sistem penyutradaraannya.
"Kami telah bekerja bersama dua ruang kolektif di Surabaya. Yaitu Esctacy of Dialectica dan Estotheatre," ungkap Yusril Ihza Fauzul Azhim, sutradara pementasan.
Esctacy of Dialectica bekerja pada ranah brainstorm aktor pada naskah sehingga aktor mampu menciptakan 'grand design' tokoh sesuai kesadaran dan pemahaman masing-masing.
Selain itu, Esctacy of Dialectica juga menggunakan metode "Belief System". Sementara itu, Estotheatre berkontribusi dalam pengolahan tubuh aktor dan teknik keaktoran.
Estotheatre menggunakan metode Movement Body. Kedua kolaborator tersebut akan bekerja sama menyiapkan aktor baik secara kemasan maupun esensial.
BACA JUGA: Keseruan Teater AADC versi School Production Ciputra 2023
BACA JUGA: Enam Kelompok Teater Meriahkan Parade Teater Jawa Timur 2022
"Selain itu, sebagai sutradara, saya menghendaki pertunjukan ini mampu menyuguhkan visual yang epik dan dapat mencapai visi dan misi bersama. Yaitu, memberikan penyadaran terhadap masyarakat luas atas pentingnya bersikap menolak korupsi," tambah Yusril.
Menurut Yusril, ada beberapa tantangan dalam proses pengerjaan Pementasan Klothek'an ini. Yakni, pelatihan aktor yang notabene merupakan kolaborator dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Namun, di sisi lain, hal tersebut juga mampu dijadikan sebagai peluang agar pementasan lebih menarik alias tidak monoton.
Contohnya, Kontributor Sherly Sinatra yang sehari-hari berkecimpung dalam dunia modeling. Melalui proses itu, Sherly mampu memanfaatkan pengalamannya dalam menampilkan lagu dangdut dengan epik.
"Melalui Klothek'an, saya mendapat banyak pengalaman yang unik dan menarik bersama teman-teman yang baru. Ternyata menjadi aktor tidak hanya tentang hapal naskah dan bisa berperan," kata Febrian Lingga HL Toruan.
"Namun, juga perlu ada metode-metode tertentu untuk mendalami karakter pada setiap tokoh," ujar pelajar yang berperan sebagai tokoh Kepeng itu.
Mereka berharap, semangat anti-korupsi dapat tertanam di kalangan masyarakat, serta semakin banyak digencarkan lagi. Baik dalam bentuk sosialisasi maupun pementasan seni. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: