Republik Rasa Kerajaan
Ilustrasi KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kalian jual janji-janji
untuk menebus kepentingan sendiri
Kalian hafal pepatah-petitih
untuk mengelabui mereka yang tertindih
Pepatah petitih, ha ha ...”.
Penggalan puisi Negeri Hahahihi itu tidak ditujukan kepada para hakim MK (Mahkamah Konstitusi) dan Anwar Usman sebagai ketua. Namun, seharusnya para hakim itu malu karena menjadi bahan tertawaan dalam puisi tersebut.
BACA JUGA:Luka Lama: SBY vs Megawati
BACA JUGA:Gibran dalam Puzzle Politik
Politik Indonesia makin brutal menjelang Pilpres 2024. Manuver politik yang muncul sudah tidak lagi mengindahkan tata krama dan aturan. Pimpinan nasional yang seharusnya netral malah cawe-cawe menjadi bagian dari permainan.
Ketika politik menjadi bengkok, puisi akan meluruskannya. Itu adalah ungkapan John F. Kennedy, presiden ke-35 Amerika Serikat. Ungkapan itu terlalu halus untuk Indonesia. Politik Indonesia tidak sekadar bengkok, tapi sudah remuk tak berbentuk.
Akankah puisi (Gus Mus) bisa memperbaikinya? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: