Pahlawan Muda (1): Allan Tandiono, Sosok di Balik Kesuksesan MRT, LRT, dan Whoosh

Pahlawan Muda (1): Allan Tandiono, Sosok di Balik Kesuksesan MRT, LRT, dan Whoosh

Allan Tandiono di samping moncong Whoosh, kereta cepat Jakarta-Bandung, di Stasiun Halim Perdanakusuma, Jakarta, 8 November 2023-Raka Denny-Harian Disway-

“Di situ saya sungguh kaget. Ada pejabat seperti itu,” ujarnya saat ditemui di KCIC Office, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Rabu, 8 November 2023. Maklum. Allan sudah menetap di Singapura sejak 1998. Sekolah hingga menempuh pascasarjana di sana.

Jadi, sebelumnya Allan tinggal di Indonesia hanya selama era Orde Baru. Di masa itu, memang mayoritas pejabat tinggi negara bukan dari sipil. Bayangan itulah yang masih melekat padanya.


STASIUN kereta cepat Halim Perdanakusuma menjadi tempat sehari-hari Allan Tandiono saat ini.-Raka Denny-Harian Disway-

Ia pun tak menyangka yang sedang dihadapinya adalah seorang pejabat. Ya, saat itu Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta, menjadi tamu istimewanya. Jokowi diantar meninjau proyek pembangunan terowongan dan stasiun bawah tanah MRT. Saat itu Jokowi lantas makin percaya diri ingin membangun MRT di Jakarta.

“Mau nggak pulang ke Indonesia? Bantu bangun negara,” ucap Allan menirukan permintaan Jokowi kepadanya. Allan tak langsung mengiyakan. Butuh pertimbangan yang benar-benar matang.

Tetapi, tak perlu waktu yang lama. Allan sudah bisa mengambil keputusan yang jernih. Sekaligus bijak. Didasari atas impian yang besar membangun MRT pertama di Indonesia.

Allan pilih pulang kampung pada Agustus 2013. Dengan menyadari semua risiko dan tantangannya. Bergabung dengan PT MRT Jakarta (perseroda). 

BACA JUGA:Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diberi Nama

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Direktur PT KCIC Allan Tandiono: Dan Da Xin Xi

Tentu, perjuangan memang tak mudah. Selalu harus ada yang dikorbankan. Gaji yang diterima Allan di Singapura jauh lebih tinggi. Nilainya dua kali lipat dari yang akan diterimanya di Indonesia. Jenjang karirnya pun sangat menjanjikan di Singapura. 

Ia berani melepas semua kenyamanan itu. Bahkan, berani meski status kepegawaian yang ditawarkan pada saat itu hanya sebagai pegawai kontrak. Cuma selama lima bulan hingga Desember 2013.

Nasib selanjutnya bergantung tangan sendiri. Apakah bisa menyukseskan proyek MRT atau justru mandek di tengah jalan.

“Tapi, bagaimanapun, saya melihat sisi positifnya. Ini demi pembangunan negara, memulai pembangunan MRT pertama di Tanah Air. Toh, niat saya tulus,” kenang Master Manajemen Proyek jebolan Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu.

Allan hanya memahami satu hal. Bahwa pengalaman dan ilmunya selama di Singapura sangat berharga. Maka harus dibagikan untuk kepentingan yang lebih besar di Tanah Air.

Peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek MRT pertama di Indonesia pun dilangsungkan pada 10 Oktober 2013. Lantas menjadi proyek kesayangan Jokowi. Karena menyimbolkan bahwa Indonesia siap dan mampu membangun infrastruktur besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: