Sidang Universitas Airlangga dalam Rangka Dies Natalis Ke-69: Belajar dari Teladan Carina Joe, Penemu Vaksin AstraZeneca
Ilustrasi Carina Citra Dewi Joe, penemu vaksin anti-Covid-19 AstraZeneca.- Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Formula vaksin ”dua sendok makan sel” yang ditemukan Carina menjadi landasan bagi kegiatan produksi besar-besaran vaksin Oxford AstraZeneca serta memungkinkan diproduksi dengan ”harga semurah-murahnya”.
Itulah nilai lebih dari temuan Carina yang membuat namanya melambung sebagai salah seorang ilmuwan berkelas dunia. Salah satu penghargaan bergengsi yang diterima Carina dan tim berkaitan dengan kesuksesan dia menemukan vaksin Covid-19 adalah Pride of Britain.
Saat berorasi, Carina menyatakan bahwa masyarakat di berbagai belahan dunia berhak dan harus memiliki akses yang sama untuk memperoleh vaksin bagi keselamatan dirinya. Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang mampu memenuhi kebutuhan dunia di masa pandemi. Seperti diketahui, vaksin Oxford AstraZeneca adalah vaksin yang paling luas jangkauan penggunaannya di masyarakat, dengan lokasi produksi di lebih selusin laboratorium di lima benua.
Vaksin itu digunakan di lebih 177 negara, termasuk Indonesia. Vaksin temuan Carina tersebut diproduksi secara massal setelah Oxford dengan menjalin kerja sama dengan AstraZeneca –sebuah perusahaan farmasi dari Inggris dan Swedia yang bermarkas di Cambridge.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika tidak ada temuan vaksin AstraZeneca sebagaimana dihasilkan Carina? Formula 30 mililiter sel yang ditemukan Carina pada 15 Januari 2020 memungkinkan produksi vaksin yang dihasilkan bisa jauh lebih banyak 10 kali dengan menggunakan sel hanya sekitar dua sendok makan.
Jika biasanya produksi vaksin memakan waktu setidaknya 10 tahun. Vaksin temuan Carina hanya membutuhkan waktu 18 bulan –kurang dari 2 tahun. Ada situasi darurat yang memungkinkan Carina dan tim melaksanakan tahapan-tahapan untuk menghasilkan vaksin secara paralel.
Keunggulan atau nilai lebih dari temuan Carina adalah formula sederhana dengan menggunakan jumlah sel yang sedikit itu memungkinkan produksi vaksin dapat dilakukan dengan harga semurah-mutrahnya. Di sisi lain, dengan formula yang sederhana, vaksin temuan Carina dapat ditransfer ke berbagai fasilitas seperti Serum Institute of India –yang belum pernah memproduksi vaksin seperti ini sebelumnya.
Vaksin temuan Carina dapat dipelajari dengan cepat dan formulanya juga dengan cepat bisa diteruskan ke berbagai fasilitas manufaktur di seluruh dunia. Konsorsium yang terlibat memproduksi vaksin anti-Covid-19 berasal dari Inggris, Belanda, India, dan Tiongkok.
Ada lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin Oxford AstraZeneca yang kemudian dapat diproduksi dan didistribusikan secara global. Hal itu dapat terjadi berkat kerja keras dan dedikasi Carina sebagai insan akademik dari perguruan tinggi.
Inovatif
Saat ini pandemi Covid-19 memang telah melandai, bahkan bisa dikatakan telah usai. Berkat vaksin temuan Carina dan tim, serta vaksin-vaksin yang lain, dampak dahsyat persebaran virus jahat Covid-19 dapat direduksi.
Upaya penanganan pandemi Covid-19 telah menjadi pelajaran yang berharga bagi masyarakat di seluruh dunia, terutama ketika harus menghadapi serangan penyakit atau pandemi yang mematikan.
Menurut Carina, kunci untuk mengatasi masalah serupa ketika masyarakat kembali dihadapkan pada serangan dahsyat virus yang mematikan tak pelak adalah platform akademik yang sehat –yang dapat mendorong mengembangkan praktik keilmuan yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.
Kolaborasi dan investasi yang berkelanjutan perlu terus didorong perkembangannya, terutama agar para peneliti dapat menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat bagi masyarakat –termasuk vaksin. Di era masyarakat post-industrial yang makin berkembang seperti sekarang, tidak mungkin ilmu berkembang soliter. Daya tangkal masyarakat global dapat dibangun dengan dukungan keilmuan yang multidisiplin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: