Cerita di Balik Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Ada cerita di balik Gibran jadi cawapres Prabowo. Cerita yang belum diketahui oleh banyak orang.-@prabowo-
HARIAN DISWAY – Seperti yang kita ketahui bahwa dinamika politik tidak sesederhana itu. Tapi, mari kita sederhanakan pelan-pelan mulai tahun lalu.
Pada Oktober 2022, PSI mengumumkan hasil Rembuk Rakyat (poling digital) melalui laman PSI.
Poling tersebut dibuka oleh Giring Ganesha bulan Februari 2022, dan hasil poling tersebut disampaikan ke Grace Natalie pada Oktober 2022.
Rembuk Rakyat untuk mencari penerus Jokowi dan memakan waktu sampai sembilan bulan di tahun 2022.
Singkatnya, Ganjar Pranowo dengan Yenny Wahid akhirnya dikampanyekan oleh PSI lebih awal.
BACA JUGA: TKN Senang Prabowo-Gibran Dapat Nomor Urut 2, Ini Makna dan Filosofinya
Ternyata fenomena tersebut tidak berdiri sendiri. Itu adalah semacam reaksi terhadap kegiatan politik elite PDIP yang waktu itu ingin mencapreskan Puan Maharani.
Pada waktu itu, ada ribuan baliho Puan di seluruh penjuru Indonesia yang disuruh oleh mesin partai PDIP untuk memasangnya secara masif di seluruh pelosok negeri.
Tidak ada yang ribut karena memang hal tersebut tidak mendapatkan respons yang positif dari publik.
Justru banyak orang yang lebih tertarik pada baliho Ganjar-Yenny yang dibesut oleh PSI. Media pun cukup ramai meliput.
Singkat kata, baliho Puan pupus di hadapan baliho PSI yang mengampanyekan Ganjar-Yenny.
BACA JUGA: Jumpa Menhan AS, Prabowo Subianto Teken Perjanjian Kerja Sama Pertahanan
Elite PDIP akhirnya “marah” dengan “kenakalan” PSI yang “tanpa etika” mencapreskan kadernya tersebut. Publik cukup banyak memperdebatkan hal ini.
Posisi PSI sudah cukup jelas, mereka hanya mengumumkan hasil poling bertajuk “Rembuk Rakyat Mencari Penerus Jokowi”.
Begitu pendapat publik, begitu pula yang telah diumumkan oleh PSI. Tapi herannya, PSI dituduh sudah membajak kader dari partai politik lain.
Sebenarnya, apa yang telah dilakukan oleh PSI ini hampir sama dengan banyak lembaga riset lainnya yang mengumumkan hasil polingnya per bulan akhir-akhir ini.
Sekarang pertanyaannya, hal apa yang disebut tidak etis?
BACA JUGA: Uang Berstempel Prabowo Beredar Lagi, TKN Dorong Masyarakat Lapor Bawaslu
Sekarang dapat dilihat lebih jelas bahwa semua hanya tuduhan bertubi-tubi dari PDIP yang tidak sejalan dengan rencana mereka yang ingin mencapreskan Puan.
PSI telah dianggap mengganggu rencana beberapa elit di PDIP untuk mencapreskan Puan Maharani.
Hubungan PDIP dengan PSI kalau dilihat secara de jure mereka selalu berkomunikasi, tetapi secara de facto sebenarnya mereka tidak baik-baik saja.
Hal tersebut berlangsung mulai dari masa persiapan pemilu di masa fase verifikasi factual oleh KPU pada semester pertama 2023.
Kalau ada daerah yang tidak memenuhi persyaratan, KPU akan langsung mendiskualifikasi partai politik tersebut. PSI mengalami hal tersebut.
BACA JUGA:TKN Prabowo-Gibran Berburu 22 Juta Suara Anak Muda untuk Menangkan Pilpres Satu Putaran
PSI hampir saja didiskualifikasi dan bakal tidak bisa ikut pemilu 2024.
Singkat cerita, PSI akhirnya bisa lolos di babak faktual verifikasi tersebut. Padahal banyak partai politik lainnya yang berusaha menggagalkan PSI.
Saat ini, PSI tanpa rasa malu malah bilang “jangan sampai ada kecurangan dalam pemilu”. Hal tersebut persis dengan ungkapan “maling teriak maling”.
Sekarang sedang heboh-hebohnya terkait pencalonan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden Prabowo.
BACA JUGA: Parameter Politik Indonesia: Jokowi Effect Makin Meningkatkan Elektabilitas Prabowo-Gibran
Ini bukan pasangan yang direncanakan bahkan dibayangkan oleh pihak-pihak tertentu, termasuk Presiden Joko Widodo.
Hasil poling Rembuk Rakyat PSI 2022 itu Ganjar-Yenny. Sekarang kok jadi Prabowo-Gibran, bagaimana ini ceritanya?
Tentunya hal ini bukan jalan yang mudah untuk ditempuh PSI termasuk Presiden Joko Widodo.J alan yang sulit bagi Presiden Joko Widodo, tetapi jalan mudah ditutup rapat oleh PDIP.
Konstelasi politik pun mulai ada perubahan. Surya Paloh (Nasdem) punya peta jalannya sendiri.
Salah satunya, Muhaimin Iskandar (PKB) berpisah jalan dengan Prabowo dan bergabung dengan Surya Paloh menjadi calon wakil presiden dari Anies Baswedan.
Awal mulanya, pertandingan diharapkan antara Prabowo versus Ganjar. Siapa pun yang menang tidak menjadi persoalan.
Presiden Joko Widodo dapat memastikan keberlanjutan pambangunan akan menjadi seperti apa. Tetapi kenyataannya, realitas tidaklah seperti harapannya.
Ganjar tidak bisa bersatu dengan Prabowo. Waktu itu, poling lebih berpihak pada Prabowo sedangkan Ganjar tidak mau jadi calon wakil presiden.
Upaya Jokowi untuk mempertemukan mereka berdua tidak main-main. Berulang kali Jokowi telah “mempromosikan” mereka berdua.
BACA JUGA: Wakil PM Australia Akan Temui Prabowo, Ingin Perdalam Kerja Sama
Masing-masing kubu menyakini bahwa keberpihakan Jokowi sebagai pemimpin yang populer pasti berpengaruh pada elektabilitas mereka berdua (Prabowo-Ganjar). Hal ini memang tak terbantahkan.
Jokowi bersama dengan Prabowo dan Ganjar mengadakan pertemuan bertiga untuk mengobrol dari hati ke hati di pematang sawah. Sayangnya, hal ini tidak membuahkan hasil demi membangun koalisi yang kuat.
Kemudian, Prabowo merangkul pihak PSI dan PDIP. Kedatangan Prabowo tentunya disambut hangat oleh PSI meskipun saat itu belum mendukung Prabowo dan belum mencabut dukungan Ganjar.
Berbagai dinamika terjadi, PSI dianggap sebagai partai politik yang “tegak lurus pada Jokowi”. Jokowi dianggap sebagai pusat politik yang paling bisa dipercaya. Tidak ada bau korupsi bahkan kinerja politiknya pun sangat spektakuler.
BACA JUGA: Inilah Tokoh NU di Barisan Pendukung Prabowo-Gibran
Sebenarnya Jokowi sempat berusaha keras dalam mengupayakan terbangunnya koalisi besar antara Prabowo dan Ganjar. Tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil.
Sampai pada akhirnya, mencoba untuk mempertimbangkan peta demografis pemilih 2024 yang dominan gen z dan milenial.
Akhirnya, terjadilah kesepakatan Gibran menjadi calon wakil presiden Prabowo. Meskipun, sempat ada “drama” di MK karena dianggap “melawan” bahkan “memberontak” aturan yang seharusnya sangat tidak memperbolehkan Gibran jadi calon wakil presiden.
Tetapi, akhirnya dapat dilalui dengan baik dan Gibran tetap sah jadi calon wakil presiden Prabowo.
BACA JUGA: PDIP Singgung Langkah Politik Gibran: Bagai Air Susu Dibalas dengan Air Tuba
Perlu diingat bahwa PSI ini partai terakhir yang mendeklarasikan dukungannya ke Prabowo. Hal tersebut dilakukan setelah Prabowo menggaet Gibran menjadi calon wakil presidennya.
Kampanye dari ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden menuju pemilu 2024 sudah dimulai.
Nikmati saja proses kontestasi ini, dan mari kita lihat siapa yang layak dan berkompeten dalam membawa Indonesia semakin maju? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: