Kiai Imam Jazuli, Gus Yusuf Chudori, Gus Salam, dan Sejumlah Pendeta Masuk Dewan Penasihar Timnas Amin
Anggota Dewan Penasihat Amin (dari kiri) KH Imam Jazuli, KH Yusuf Chudori, dan KH Abdussalam Shohib (Gus Salam). -Dokumentasi Harian Disway-
JAKARTA, HARIAN DISWAY – Secara resmi, pasangan Amin mengumumkan Timnas Pemenangan kemarin, Selasa, 21 November 2023, di Jalan Diponegoro 10 Menteng, Jakarta Pusat.
Formatur Timnas terdiri atas dewan pembina, pelatih, dewan pertimbangan, dewan penasihat, captain, bendahara, deputi, dan wakil deputi. Dewan penasihat diisi oleh jajaran para kiai, pendeta, dan banyak nama yang menjadi simbol integritas.
Dari Jawa Barat, Timnas menempatkan Kiai Imam Jazuli, pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon sebagai anggota dewan penasihat. Pesantren Bina Insan Mulia menjadi pesantren terbesar di Jawa Barat dengan santri lebih dari 4.500 orang dan area pesantren yang sangat luas hingga mencapai 72 hektare.
Kiai muda yang kerap dijuluki without the box thinker ini memang sudah lama memperjuangkan PKB melalui tulisan, ceramah, video, bahkan gerakan.
BACA JUGA:Anies-Muhaimin Tunjuk Waketum Nasdem Ahmad Ali Sebagai Pelatih Timnas, Apa Saja Tugasnya?
BACA JUGA:Sukses Bikin JIS, Anies Baswedan Janji Bangun Stadion Internasional di Makassar
Spirit dan aspirasi politiknya bertemu dengan PKB di tiga titik utama, yaitu perjuangan menegakkan akidah ahlusunnah wal jama’ah, perjuangan kepentingan pesantren, dan perjuangan kemajuan NU.
Melalui Sekolah Pendidikan Politik Bina Insan Mulia yang didirikannya, Kiai Imjaz –sapaan Imam Jazuli– telah men-training ribuan caleg PKB dari seluruh Indonesia sejak 2018.
Mereka diberi bekal skill, jaringan, dan peta pemenangan yang bekerja sama dengan PolMark Indonesia. Dari pimpinan pucuk PKB Pusat hingga pimpinan ranting di daerah kerap bersilaturahmi untuk membahas langkah dan strategi PKB di sekolah politik pesantren satu-satunya di Indonesia ini.
Kiai Imjaz juga aktif menyuarakan gerakan kultural di NU dengan slogan yang begitu terkenal: Ngaku NU Wajib Ber-PKB. Melalui gerakan itu, Kiai Imam mengajak warga NU agar memahami sejarah dan esensi perjuangan bahwa hanya PKB-lah yang lahir dari rahim NU.
"Gesekan antarpribadi di PKB dan NU harus dipahami dengan hati dan pikiran yang jernih sebagai dinamika, bukan sebagai alasan untuk memisahkan diri, apalagi perpecahan,” ungkapnya suatu ketika.
Ceramah, video, audio, artikel, dan buku karya kiai pecinta kaos oblong ini, terutama yang berkaitan dengan PKB, kaum santri, pesantren, dan masyarakat NU dapat diakses di berbagai media sosial.
Selain Kiai Imjaz, Gus Yusuf Chudori dari Jawa Tengah juga menempati Anggota Dewan Penasihat. Gus Yusuf adalah Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, Magelang dan sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah.
Artinya, Gus Yusuf Chudori adalah kader PKB yang sudah lama berjuang di jalur formal struktural dan jalur kultural di masyarakat NU khususnya. Pesantren Tegalrejo termasuk pesantren tua di Nusantara. Pesantren ini dirintis oleh KH. Chudlori, seorang ulama yang sangat kharismatik di desa itu pada 15 September 1944. Di pesantren inilah Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid pernah mondok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: