Waspadai Krisis Identitas Mahasiswa Masa Emerging Adult
![Waspadai Krisis Identitas Mahasiswa Masa Emerging Adult](https://cms.disway.id/uploads/60c6cfbf34a87f85182cdeb5d5a904e6.jpg)
Ilustrasi Krisis Identitas Mahasiswa Masa Emerging Adult-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Tekanan ketakutan akan kegagalan dalam karier, cinta, dan tempat tinggal nantinya menjadikan tingkat stres pada mahasiswa meningkat. Banyak mahasiswa, walaupun sudah menekuni bidang ilmu tertentu atau profesi tertentu, tetap belum yakin akan bekerja sebagai apa dan di mana.
Belum bisa menemukan tujuan hidup ini yang mengakibatkan perilaku ”mutung (enggan melanjutkan)” belajar yang dulu hanya terdapat di sekolah, sekarang mulai muncul di pendidikan tinggi.
BACA JUGA: Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa Marak, Ini yang Bisa Kita Lakukan
Fase perkembangan mahasiswa yang berada di fase emerging adult juga ditandai dalam perannya untuk mencari sense of self dari diri yang terpisah dari orang tua dan mencoba membangun identitas diri yang independen.
Selama proses pencarian itu, akan didapatkan banyak pengaruh dan peristiwa yang situasional, yang berwujud sebagai stressor bagi mahasiswa. Selama proses itu, mahasiswa akan mengalami banyak ”kegalauan” karena keinginan diri dan tekanan sosial dari lingkungan.
Ketika mampu mengatasinya/sudah menemukan tujuan hidup, mahasiswa fase emerging adult tersebut akan dapat menjalani hidup selanjutnya dengan baik.
BACA JUGA: Perlu Autopsi Untuk Pastikan Mahasiswi FKH Unair Bunuh Diri
Apabila tidak dapat mengatasinya, mahasiswa akan merasakan ketidakstabilan yang berlebih, perubahan yang konstan, pilihan yang tak terhitung banyaknya, dan rasa kerentanan yang diiringi rasa panik, yang semuanya menghasilkan respons yang disebut quarter-life crisis (krisis seperempat abad) yang gejalanya mulai dirasakan pada usia 21 sampai 25 tahun.
Hal itu terjadi karena makin banyak hal yang tidak pasti, seseorang akan makin takut. Maka, akan makin cemas. Kecemasan yang berkepanjangan dapat berujung pada depresi, perilaku menyakiti diri, sampai perilaku bunuh diri.
Bagaimana cara mencegah atau meminimalkan makin banyaknya kasus? Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dan melibatkan lingkungan terdekat mahasiswa.
BACA JUGA: Keluarga Yakini Caroline Angelica Tewas Bunuh Diri
Konstruksi keluarga dibangun untuk menjadi sistem organisasi terkecil yang sangat memengaruhi psikologis perkembangan mahasiswa. Komunikasi dan relasi simbolis harus tetap terjaga.
Cairnya komunikasi dalam lingkup keluarga dapat dimediasi melalui grup medsos keluarga. Perspektif komunikasi bertemu secara offline harus diubah dengan menjadi komunikasi online yang intensif. Saling menyapa, saling mendukung, bahkan bertengkar di dalam grup medsos keluarga sebagai bukti bahwa komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik.
Khususnya bagi mahasiswa luar kota, grup medsos akan memberikan rasa bahwa keluarga masih mendukung dan bisa menjadi sarana untuk mengeluarkan apa yang menjadi kegelisahan dirinya.
BACA JUGA: Selang dan Tabung Helium yang Dipakai Bunuh Diri Caroline Angelica Dipesan Secara Online
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: