HIV/AIDS Bisa Dicegah dan Diobati
Ilustrasi Hari AIDS Sedunia-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
SETIAP 1 Desember kita peringati sebagai Hari AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) Sedunia. Tahun ini mengangkat tema global Let Communities Lead yang bermakna dunia dapat mengakhiri AIDS dengan komunitas yang memimpin. Tema nasional, Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030.
Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 12 Tahun 2018 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang berbagai penyakit. Sedangkan AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
BACA JUGA: Yuk Mengenal HIV dan AIDS Lebih Dekat
Berdasar data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, estimasi orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) tahun 2023 di Indonesia sebanyak 515.455 orang. Dan, berdasar data dari aplikasi Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tanggal 23 November 2023, estimasi ODHIV di Jawa Timur tahun 2023 sebanyak 65.238 orang, sedangkan ODHIV yang berhasil ditemukan mulai 1989 hingga 2023 sebanyak 97.431 orang.
Jumlah penemuan tersebut melebihi estimasi ODHIV di Jawa Timur tahun 2023. Sampai saat ini, penemuan ODHIV baru mulai Januari hingga November 2023 adalah 9.409.
Pada prinsipnya, penularan HIV itu sulit. Hanya dua yang paling mungkin berisiko untuk tertular, yaitu dari hubungan seks berisiko dan penggunaan narkoba suntik. Selama masyarakat tidak menggunakan narkoba suntik bersama-sama dengan yang lain atau tidak melakukan hubungan seks berisiko, sangat mungkin tidak akan tertular.
BACA JUGA: Tiga Orang Terjangkit HIV Setelah Jalani Vampire Facial
Masyarakat menganggap bahwa obat HIV tidak ada. Padahal, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran yang sedemikian besar untuk membantu pengobatan penyakit HIV dengan antiretroviral (ARV). Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki risiko tertular diminta segera mengakses layanan kesehatan untuk diperiksa dan diobati.
Tata laksana itu sudah ada di hampir semua fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, baik itu di faskes tingkat 1, tingkat 2, maupun tingkat 3. Dengan demikian, sebetulnya tidak ada alasan bagi masyarakat yang memiliki risiko untuk tidak segera memeriksakan diri, lantas diobati.
Terapi HIV dengan ARV itu sangat menjanjikan karena target pemerintah sendiri dalam 6 bulan pertama, 95 persen virusnya sudah harus tidak terdeteksi. Jika sudah tidak terdeteksi, diharapkan kekebalan tubuhnya akan bangkit dengan sendirinya. Kalau kekebalan bangkit, diharapkan pasien HIV akan kembali pulih menjadi manusia normal seperti biasa dari sisi imunitasnya, tetapi tetap harus mengonsumsi ARV.
BACA JUGA: Kemenkes Bagikan 5 Cara Agar Terhindar dari Penyakit saat Musim Hujan Tiba
Seperti halnya penyakit kronis lainnya, baik diabetes maupun hipertensi, untuk mengendalikan penyakitnya, penderita diabetes maupun hipertensi harus mengonsumsi obat secara rutin sepanjang hidupnya. Begitu pula dengan ODHIV, walaupun virusnya sudah bisa dikendalikan, harus tetap minum obatnya sampai sepanjang hidupnya.
Namun, jangan dibayangkan sepanjang hidup harus minum obat, tetapi hanya cukup meluangkan waktu 5 menit setiap hari untuk mengonsumsi ARV, imunitas ODHIV bisa terjaga dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Jadi, penyakit HIV tidak ada bedanya dengan penyakit kronis lainnya, pemenangnya adalah siapa yang mau berobat.
Selain itu, program-program skrining, misalnya pada ibu hamil, juga menjadi isu penting karena kita tahu bahwa menuju Indonesia Emas 2045, kita semua ingin mendapatkan generasi-generasi yang sehat. Untuk mendapatkan generasi yang sehat, mulai saat ini program pemerintah mendorong untuk melakukan skrining pada ibu hamil. Skrining tidak hanya HIV, tetapi juga hepatitis B dan sifilis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: