Envi.ro.mental, Pameran Duo Sekar-Peni di Sumenep (2): Proyek Edukasi Kenalkan Seni Rupa pada Santri

Envi.ro.mental, Pameran Duo Sekar-Peni di Sumenep (2): Proyek Edukasi Kenalkan Seni Rupa pada Santri

Pengunjung pameran duo di Pondok Pesantren Annuqayah Envi.ro.mental, sedang mengamati karya seni rupa berjudul Plastic Brain karya Peni Citrani Puspaning. -Sekar-Peni-

HARIAN DISWAY - Pameran Envi.romental oleh Sekartaji Suminto-Peni Citrani Puspaning di Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep memberi penegasan lagi tentang komitmen keduanya pada manusia dan lingkungan. Kedua perupa itu menyampaikannya dengan bahasa seni rupa yang feminin.

Dipajang di kompleks pondok, Perpustakaan Madaris 3, karya-karya Sekar-Peni membuat takjub para santri. Sebagai pengasuh pondok, Kiai M. Faizi tampak senang. Kesediaannya menjadi tuan rumah pameran memang ingin menggugah anak didiknya lebih memahami seni rupa lebih jauh.

Bahkan, di antara karya Sekar-Peni, ada beberapa karya para santri yang ikut dipajang. Menurut Kiai M. Faizi yang juga meminati seni, meski pameran lukisan di pesantren bukan yang pertama untuk kategori umum tapi dalam ranah khusus secara tematik dan mahzab seni lukis, ini pameran yang pertama.
Sebuah instalasi berjudul We Know Something but We Keep Ignoring dalam mix media 2023 karya Peni Citrani Puspaning. -Sekar-Peni-

BACA JUGA: Envi.ro.mental, Pameran Duo Sekar-Peni di Sumenep (1): Memancarkan Visible Soul di Pondok Pesantren Peraih Kalpataru

Kebetulan tema yang dibawa Sekar-Peni sangat pas dengan wawasan madrasah pondok yang juga berkomitmen merawat bumi dengan perhatian khusus terhadap lingkungan. Terutama pada sampah plastik sekali pakai (single use plastic). “Semoga pameran ini makin memperkuat komitmen environmental ke dalam jiwa siswa, santri, dan masyarakat,” tulis Kiai M. Faizi dalam katalog.

Senada, penulis pameran Prof. Dr. Johan Salim MSi, tujuan pameran Envi.ro.mental terpampang sangat jelas. Yakni lebih mengenalkan seni melalu kacamata ekologi. “Bagaimana lingkungan direpresentasikan dalam gambar dan tempat manusia di dunia digambarkan termasuk representasi kepedulian,” ungkapnya, juga dalam katalog.
Kiri kiri: Urban Community (mix media, 2023) karya Sekartaji Suminto. -Sekar-Peni-

Sementara Heti Palestina Yunani -juga penulis pameran- memakai konsep ekofeminisme untuk membaca ”gerakan” Sekar-Peni lewat karya yang mereka usung. Keduanya dinilai sangat feminin mengingatkan sesuatu yang serius untuk ditindaklanjuti bersama. Caranya tak belit-belit. Sangat ringan. Bahkan cenderung diajaknya para penikmat untuk bermain-main dengan riang gembira dengan hati senang. 

Tengok saja dari karya Sekar yang tampak “manis” dalam judul Peri Ikan dan The Dancer dalam digital print on paper, Empat Elemen dan Fish And Birdies dalam acrylic and pen on canvas paper, atau Hujan dan Hujan-Hujanan yang menggunakan media acrylic and pen on canvas paper.

Sama femininnya, karya Peni di antaranya Persahabatan dalam cat air, pen di atas karton. Perjalanan dengan krayon, pen di atas kardus. Taman Hati, Kumpul Bocah, dan Krayon yang menggunakan media pen di atas karton.

Dari kekayaan topik dan keragaman media itu, Sekar-Peni sangat piawai dalam mengenalkan seni yang tak hanya pada pola-pola yang pakem seperti media pada kanvas, pena, pensil, krayon, dan lain-lain yang menjadi kebanyakan. “Semoga bisa memberi sudut pandang yang lain pada para santri agar mampu berkreativitas tanpa batas,” ujar Peni yang diamaini Sekar.
Sekartaji Suminto mengisahkan hal-hal yang ada dalam imajinasinya. Sebuah cerita sederhana tentang keseharian, tentang burung, ikan, pepohonan, cinta, ketenangan, kesedihan, dan kekecewaan. -Sekar-Peni-

Yang pasti, sebagai proyek seni berbasis lingkungan, Envi.ro.mental adalah proyek edukasi. Berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda -Sekar dari Desain Produk ISI Yogyakarta dan Peni dari Psikologi Untag Surabaya, keresahan dan kegelisahan mereka berdua ternyata sama. 

Kondisi lingkungan yang ada sekarang ini mengingatkan mereka pada masa kecil. Ketika alam masih terjaga dengan baik. Lingkungan sekitar masih subur di mana dengan mudahnya aneka tanaman tumbuh subur serta serangga yang berperan penting dalam proses penyerbukan yang menjadikan ragamnya pangan sudah jarang terlihat.

Makin ke sini, manusia sering kali tak menyadari bahwa alam itu sendiri ada dalam dirinya. Manusia sering kali abai pada lingkungan sekitar akibat lunturnya sifat kepedulian mereka. Manusia menganggap bahwa lingkungan hanyalah benda mati. Sehingga bisa semena-mena memperlakukannya berdasarkan hasratnya semata.
Minat para santri untuk menikmati karya Sekartaji Suminto dan Peni Citrani Puspaning dalam pameran duo bertajuk Envi.ro.mental sangat tinggi. -Sekar Peni-

BACA JUGA: 13 Perupa dalam Diversity Maknai Pameran ke-12 di Hari Jadi Teh Villa Gallery yang Ke-2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: