Nusron Wahid: Hargai Hak Politik Presiden dan Menteri, Kuncinya Tak Gunakan Fasiiltas Negara

Nusron Wahid: Hargai Hak Politik Presiden dan Menteri, Kuncinya Tak Gunakan Fasiiltas Negara

Nusron Wahid menilai penampilan Prabowo di debat Pilpres 2024 sangat baik dan disukai masyarakat. --

HARIAN DISWAY - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Nusron Wahid mengimbau semua pihak menghargai hak politik setiap orang. Termasuk jika orang tersebut adalah Presiden dan menteri. Ini disampaikan Nusron merespons pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut Presiden dan Menteri boleh melakukan kampanye. 

“Harus dihargai ya, setiap insan masyarakat indonesia punya hak politik. Harus diingat bahwa sebagai pribadi, presiden dan menteri ini punya hak nyoblos juga. Di antaranya juga adalah ada yang jadi anggota partai politik.” terang Nusron kepada wartawan, Rabu, 24 Januari 2024.

Nusron menjelaskan, hak dari pejabat seperti presiden dan menteri tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. “Bisa dicek di UU Pemilu no. 7 tahun 2017, Pasal 281 Pasal 299, semuanya ada. Belum lagi aturan lainnya. Kuncinya tidak menggunakan fasilitas negara. Dan satu lagi, supaya tidak fitnah, untuk pejabat seperti presiden ada fasilitas yang melekat. Silahkan ditanyakan juga ke ahli hukum  ya,” urai Nusron. 

Nusron juga menegaskan, hak untuk berkampanye ini berlaku umum sehingga semua memiliki hak yang sama. 

BACA JUGA:Habiburokhman: Presiden Boleh Dukung Capres Manapun

BACA JUGA:Budiman Sudjatmiko: Soal Greenflation, Gibran Ajak Publik Jadi Visioner dan Berimbang

“Jadi kakak nya Mas Muhaimin yang menteri desa, boleh loh kampanye untuk Mas Muhaimin. Pak Menkumham, Bu Mensos, boleh juga kampanye PDIP. Menteri KLHK boleh juga kampanye Nasdem. Jadi semua boleh. Kuncinya sekali lagi, harus cuti dan tidak menggunakan fasilitas negara,” pungkas Nusron Wahid. 

Sebelumnya, Joko Widodo menegaskan, presiden dan menteri boleh berkampanye. Hal itu disampaikan di Pangkalan TNI AU Halim. "Presiden tuh boleh lho kampanye, Presiden boleh memihak, boleh," kata Presiden Jokowi. "Kita ini pejabat publik sekaligus pejabat politik, masa berpolitik nggak boleh, boleh. Menteri juga boleh," sambungnya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: