Membaca Kegagalan PPP di Pemilu 2024

Membaca Kegagalan PPP di Pemilu 2024

Ilustrasi. Partai Persatuan Pembangunan gagal melewati ambang batas minimal parliamentary treshold pada Pemilu 2024 yang membuat mereka tidak bisa duduk di Senayan--

Penunjukan secara cepat Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketua Umum tidak sepenuhnya dapat mengatrol coreng PPP di mata publik. 

Apalagi, latar belakang Mardiono sebagai pengusaha bertolak belakang dengan kebiasaan PPP yang menentukan pimpinan partai dari kalangan pesantren atau berkecimpung lama dengan NU. 

Upaya partai untuk merangkul  kembali Romahurmuziy sebagai penguat partai tidak banyak membantu menaikkan citra dan elektabilitas. 


Kehadirannya justru menimbulkan persepsi kurang baik atas posisinya yang pernah dipenjara karena kasus korupsi saat menjadi ketua umum PPP. 

Partai terlalu cepat menampilkan Romi–sapaan akrab Romahurmuziy–di ruang publik di saat ingatan masyarakat masih cukup kuat pada peristiwa operasi tangkap tangan (OTT) di Surabaya tahun 2019. 

Dalam peristiwa tersebut, Romi diringkus oleh KPK dalam kasus jual beli jabatan. Kehadiran kembali Romi yang terlalu cepat tidak banyak membantu bahkan sebaliknya merugikan partai.

BACA JUGA:Program Golden Ticket Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Begitu pula masuknya pendatang baru Sandiaga Uno pada bulan Juni 2023 atau tujuh bulan sebelum Pemilu di jajaran elit partai juga tidak banyak membantu. 

Persepsi publik tentang Sandi sebagai Wakil Ketua Pembina Partai Gerindra belum sepenuhnya hilang. 

Apalagi pada saat yang bersamaan, PPP berhadap-hadapan dengan Prabowo Subianto yang tahun 2019 menggandeng Sandi sebagai cawapresnya. Nalar publik tidak mudah menerima realitas tersebut. 


Disway-Plt. Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono menyematkan jas PPP kepada Sandiaga Uno.-Disway.id-

Apalagi sejak awal Sandi mengincar posisi Cawapres dari Ganjar Pranowo. Meskipun pada akhirnya kalah bersaing dengan Mahfud MD. 

Karena itu, kegagalan PPP di Pemilu 2024 dapat dilihat dari kacamata tersebut. Faktor keseleo lidah tentang amplop kiai dan pilihan strategi marketing politik menjadi domain yang ikut memperburuk persepsi publik dan elektoral partai. 

Di luar itu, keputusan cepat partai bergabung dalam koalisi Ganjar-Mahfud MD yang diusung PDIP menjadi pertanyaan publik. 

Secara politis PPP pernah menjadi bagian pengusung Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 dan berlanjut pada Pilpres 2019. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: