Buka Bersama dengan 500 Tukang Becak Surabaya, Polrestabes Surabaya Imbau Jaga Ketertiban Kota Pahlawan
Polrestabes Surabaya bersama Bhayangkari menggelar acara buka bersama dan pembagian parsel sembako untuk 500 tukang becak se-Surabaya, pada 3 April 2024. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Polrestabes Surabaya bersama Bhayangkari menggelar acara buka bersama dan pembagian parsel sembako untuk 500 tukang becak se-Surabaya, pada 3 April 2024.
Karena itulah, sejak Rabu sore, para tukang pecak itu pun memasuki halaman depan Polrestabes Surabaya, Krembangan Selatan. Ada yang mendorong becak kayuh. Ada pula yang mengendarai becak motor alias bentor.
Warna-warni becak menghiasi pandang. Tua-muda abang becak Surabaya ikut meramaikan. Kupon-kupon diperlihatkan kepada para petugas. Lantas, mereka berkumpul bersama sebanyak tukang becak lainnya.
BACA JUGA: Kapolrestabes Surabaya Ajak Sarapan dan Bagi Sembako untuk Abang Becak
Walaupun telah seharian bekerja, wajah mereka terlihat semringah. Di antaranya tampak Marsawi dengan becak kayuh berwarna kuningnya. Dia duduk di bangku penumpang sembari mengipas-ngipas diri dengan topi.
Sementara itu, Sukardi yang tidak membawa becaknya, duduk di sadel becak Marsawi. Mereka menyimak imbauan singkat dari Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Arif Fazlurrahman ketika memulai acara.
“Menjelang Idulfitri, jajaran polisi Surabaya senantiasa berupaya untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas. Setiap kendaraan pun wajib memenuhi keselamatan. Jadi, mohon disikapi dengan bijak ya, tukang becak Surabaya sekalian," katanya.
"Masih banyak nih becak yang gak ada spionnya, lampu depan-belakang, dan remnya kurang pakem. Mari kita saling mendoakan keselamatan ketika mencari nafkah di jalan raya,” lanjut Arif.
BACA JUGA: Bank Mega Syariah Berbagi, Salurkan 5.800 Paket Sembako di 41 Kota
Mendengar pesan itu, Sukardi dan Marsawi berpandangan. Sukardi tergelak sementara Marsawi tidak. Kedua tukang becak berusia 60 tahun itu menyadari kesalahannya, tetapi sulit untuk menaatinya karena keterbatasan biaya.
“Lha, saya seharian nyari penumpang. Sampai sekarang cuma dapet 10 ribu! Gimana bisa beli macem-macem?” kata Marsawi. “Beli beras saja susah!” lanjutnya.
Sukardi mengangguk-angguk. “Kami tukang becak sadar kok. Banyak salahnya. Apalagi kebanyakan sudah tua-tua. Kadang-kadang juga suka di-pisuhi (dimaki, Red) orang atau mepet sama kematian. Tapi ya bondo nekat aja,” balasnya.
Menurut mereka, pekerjaan tukang becak ini ya soal nasib saja. Terlebih bagi Marsawi yang telah ditinggal oleh orang tuanya sejak kecil. Dia telah menelan banyak asam-garam kehidupan.
BACA JUGA: 50 Ribu Kaleng Susu Senilai Rp 10 M Dibagikan untuk Dukung Kelompok Lansia Rayakan Idulfitri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: