Biografi R.A Kartini, Pahlawan Nasional Pejuang Emansipasi Wanita

Biografi R.A Kartini, Pahlawan Nasional Pejuang Emansipasi Wanita

Biografi R.A Kartini, pahlawan nasional pejuang emansipasi wanita. --Merdeka.com

Pernikahan Kontroversial


5 SIKAP RA Kartini yang bisa diteladani dan diterapkan dalam keseharian. Foto: Kartini akhirnya menikah dengan Bupati Rembang.-Historia-

Pertengahan Juli 1903, utusan Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat, membawa surat lamaran untuk Kartini. Meskipun Bupati Sosroningrat senang dengan lamaran dari bangsawan tersebut, dia mengizinkan Kartini memutuskan nasibnya sendiri.

BACA JUGA:Rekomendasi 5 Baju Adat Simpel untuk Peringati Hari Kartini

Dengan hati-hati, Bupati Sosroningrat menyampaikan surat lamaran tersebut kepada Kartini. Memberi putrinya waktu untuk berpikir jernih, apakah akan menerima atau menolak lamaran tersebut. Sebab, jika menerima, Kartini hanya akan menjadi istri keempat.

Kartini memohon waktu tiga hari untuk mempertimbangkan jawaban. Dalam waktu itu, dia memikirkan keuntungan dan kerugian menerima atau menolak lamaran tersebut. Dia ingin memenuhi keinginan orang tua dan keinginannya sendiri.

Setelah berbagai pertimbangan, Kartini memutuskan menerima lamaran Raden Adipati Djojo Adiningrat dengan dua syarat. Pertama, Bupati Rembang harus menyetujui dan mendukung gagasan-gagasan serta cita-cita Kartini. Dan kedua, Kartini diberi izin untuk membuka sekolah dan mengajar puteri-puteri bangsawan di Rembang.

BACA JUGA:25 Quotes dari RA Kartini untuk Menginspirasi Generasi Muda

BACA JUGA:Refleksi Hari Kartini: Perempuan dan Pemanfaatan Teknologi

Syarat-syarat tersebut disetujui. Pernikahan yang semula direncanakan pada 12 November 1903, dimajukan menjadi 8 November 1903 atas permintaan Bupati Rembang.

Pernikahan dilangsungkan secara sederhana di Jepara, dihadiri oleh saudara-saudara dekat kedua mempelai. Pernikahan itu mencerminkan pemikiran kesetaraan Kartini. Tidak ada upacara mencium kaki mempelai laki-laki oleh mempelai perempuan sesuai permintaan Kartini.

Mempelai laki-laki mengenakan pakaian dinas, sedangkan Kartini memakai pakaian sehari-hari.Tiga hari setelah pernikahan, Kartini pindah ke Rembang. Di sana, dia menjalani peran sebagai istri dan mendirikan sebuah sekolah perempuan.

Seiring waktu, kondisi fisik Kartini mulai menurun saat mengandung anak pertama. Pada 7 September 1903, Kartini menulis surat kepada Nyonya Abendanon. Dia menceritakan kondisi kehamilannya, yang menurut dia, tidak akan lama lagi.

BACA JUGA:Sekolah Jadi Impian Mustahil bagi Anak-Anak Perempuan Afghanistan, Ini Kisah Sedihnya

Pada 13 September 1903, Kartini melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Meskipun kondisinya tampak sehat setelah melahirkan, tanpa sebab yang jelas, kondisi tubuh Kartini melemah. Dokter tidak bisa mengembalikan kesehatannya. Pada 17 September 1903, Kartini wafat dalam usia yang masih sangat muda, 25 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber