Balon dan Lampion Marakkan Waisak Majapahit 2024 di Mojokerto
Festival lampion bulan Waisak Majapahit 2024 di Mojokerto. Prosesi melinggih relik Buddha dalam perayaan Waisak di Alun-alun Mojokerto, 23 Mei 2024.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Setelah itu ketujuh pandita duduk di panggung kecil samping altar. Mereka membabarkan dharma, dipimpin oleh Pandita Nyanasila Thera.
BACA JUGA:Ucapkan Selamat Hari Tri Suci Waisak, Menag: Jadikan Momentum Rajut Kerukunan Pasca Pemilu
“Mari menghaturkan puja bakti. Mari mengarahkan hati kita kepada Tri Ratna: Sang Guru Buddha, Dhamma, dan Sangha,” ujar Pandita Nyanasila.
Para pandita diikuti umat Buddha membacakan sutra Namakara Gatha atau doa penghormatan kepada Tri Ratna. Kemudian sutra Pubbabhaganamakaram dan sutra-sutra suci lainnya.
Festival lampion bulan Waisak Majapahit 2024 di Mojokerto. Pembacaan doa dari ketujuh pandita Buddhayana, dipimpin oleh Pandita Nyanasila Thera.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Setelah pembabaran ayat suci, para pandita berkeliling memercikkan air suci. Air tersebut diambil dari dua petirtaan era Hindu-Buddha yang ada di kawasan Mojokerto. Yakni petirtaan Jolotundo dan Belahan.
Dalam sambutannya, pandita Nyasila yang juga Anu Mahayanaka Sangha Agung Indonesia, menyebut bahwa dalam perayaan Waisak kali ini selayaknya umat Buddha dapat hidup dalam keseimbangan. "Keseimbangan perilaku diri sebagai individu, keseimbangan dalam menjalani kehidupan keluarga, masyarakat, serta berbangsa dan bernegara," ungkapnya.
Pandita Nyanasila juga menekankan pentingnya menjalankan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. "Membangun saling pengertian, empati, dan kerja sama semua pihak untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat," ungkapnya.
Ia memungkasi, "Perayaan Waisak ini menjadi momen aspirasi, doa, dan harapan agar bangsa Indonesia, khususnya Kota Mojokerto sebagai tempat lahir semboyan Bhinneka Tunggal Ika, senantiasa aman dan tenteram."
BACA JUGA:Ummat Buddha Se-Jawa Timur Akan Merayakan Waisak 15 Juni Mendatang
Dalam acara itu hadir pula Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa pada abad ke-14, di bumi Mojokerto, pada era Majapahit, muncul kitab Sutasoma.
"Dalam kitab itulah lahir istilah Bhinekka Tunggal Ika. Ini adalah episentrum apa yang disebut sebagai keberagaman. Jaga, rawat dan kuatkan bersama-sama," ujarnya.
Menjelang detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 20.52, pada detik ke-42, para umat dan masyarakat diimbau agar hening. Pandita Nyanasila memimpin meditasi bersama.
Hari Suci Waisak ditandai dengan pemukulan genta sebanyak tiga kali.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pementasan lagu berjudul Malam Suci Waisak yang diciptakan oleh Girirakkito, juga Padamu Negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: