5 Fakta Perekonomian RI Melemah: Dari Rupiah Anjlok hingga Marak PHK Karyawan

5 Fakta Perekonomian RI Melemah: Dari Rupiah Anjlok hingga Marak PHK Karyawan

Menteri Keuangan Sri Mulyani usai bertemu dengan asisten Menteri Keuangan AS Alexia Latortue -smindrawati/Instagram-

Menurut Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia, deflasi pada Juni itu disebabkan oleh melandainya harga komoditas pangan dan normalisasi setelah puasa. Namun, daya beli masyarakat juga sudah tertekan, terutama kalangan bawah.

BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Stabil di Tengah Gelombang Inflasi Triwulan Pertama 2024

Lebih lanjut, deflasi dua bulan beruntun pun dinilai bahwa pasokan barang yang tersedia tak banyak terserap. Tentu, karena permintaan berkurang.

2. Nilai tukar Rupiah Jeblok terhadap Dolar AS

Dilansir dari Refinitiv, rupiah sempat ambruk ke level Rp16.445/USD pada 21 Juni 2024. Kendati dalam seminggu terakhir cenderung menguat dan kembali pada level Rp 16.135/USD.

Rupiah yang melemah ini berdampak signifikan terhadap perusahaan/industri yang berorientasi impor dalam menjalankan bisnisnya.

Ketika rupiah terus menerus mengalami depresiasi, harga-harga barang menjadi lebih mahal. Sehingga operational cost mengalami kenaikan dan berdampak kepada margin keuntungan yang menipis.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan, industri mamin dalam negeri masih membutuhkan bahan baku gandum, susu hingga kedelai impor. Jika saat ini rupiah melemah Rp 500 saja, maka biaya impor naik Rp 4,5 triliun.

BACA JUGA:AS Masih Inflasi, The Fed Tahan Suku Bunga di Angka Tinggi

Kepala Ekonom BCA David E. Sumual menilai bahwa pelemahan rupiah yang terus berlanjut 90 % disebabkan oleh sentimen eksternal terkait ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Sementara 10 % lainnya disumbang oleh sentimen domestik terkait isu melebarnya defisit maupun penambahan utang terhadap PDB yang dianggap sebagai risiko fiskal ke depan.

3. PHK semakin marak terjadi.

Jumlah pekerja yang terkena PHK di industri tekstil bertambah. Satu per satu pabrik tekstil di Indonesia pun tumbang. 

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan, penurunan pesanan hingga sama sekali tidak ada orderan membuat banyak pabrik tekstil tersebut tutup. Akibatnya, puluhan ribu pekerja telah menjadi korban PHK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: bps