Akhir dari KDRT Intan Nabila, Umumkan Perpisahan dengan Armor Toreador

KDRT Armor Toreador, 25, terhadap istrinya, Intan Nabila, 23, berakhir pahit. Armor tersangka dan ditahan polisi. Di HUT pernikahan mereka ke-5, Sabtu, 24 Agustus 2024, Intan mengunggah kalimat perpisahan di medsos: ”Selamat, lima tahun pernikahan kita yang terakhir.” Padahal, mereka sudah beranak tiga.

KEPUTUSAN sangat sulit buat Intan untuk menyatakan itu. Sulit dan pahit. Selain usia pernikahan segitu, anak mereka tiga. Kejadian KDRT di rumah mereka di Bogor, Selasa, 13 Agustus 2024. Intan mengunggah ucapan pisah itu pada Sabtu, 24 Agustus 2024. Ada waktu sebelas hari dia menimbang, sebelum memutuskan.

Pernikahan yang diwarnai KDRT memang dilematis dari perspektif korban. Mayoritas pelaku suami meng-KDRT istri. Di saat itu istri merasa di persimpangan jalan. Apakah pernikahan dilanjut atau diakhiri. 

BACA JUGA: Karakter Pelaku KDRT Armor Toreador terhadap Istrinya, Cut Intan Nabila

BACA JUGA: KDRT di Depok Ini Mirip Adegan Film

Kalau dilanjut, berpotensi di-KDRT lagi (Intan mengaku jadi korban puluhan kali, tersangka Armor mengaku ke polisi sekitar lima kali meng-KDRT istri). Sebaliknya, jika pernikahan diakhiri, istri langsung jadi janda, apalagi punya anak segitu. Jika diakhiri melalui gugat cerai pengadilan agama, otomatis hak asuh anak pada ibu. Sebab, ayah yang tersangka hukum pidana dianggap tak layak.

Kunci persoalan pada biaya hidup anak-anak. Ibunda jadi janda, merawat, mendidik, sekaligus membiayai anak-anak. Dua peran dirangkap ibunda. Itulah yang berat.

Di kasus ini, siapakah Intan? Dia mantan atlet anggar. Saat dia SMA, 2018, jadi atlet anggar nasional. Kemudian, berhenti pada 2019, sejak menikah. Belakangan dia jadi selebgram. Tepatnya beauty influencer. Cukup terkenal. Sering melakukan endorsement aneka produk kecantikan. Mungkin dari sini muncul kepercayaan diri jadi ibu tunggal.

BACA JUGA: 2023 Booming KDRT

BACA JUGA: KDRT Istri Hamil, Suami Tidak Ditahan, Heboh

Intan, melalui akun Instagram di HUT pernikahan ke-5, menyatakan rangkaian kalimat puitis melow, begini: 

”Apa pun yang kita miliki, tidak selamanya bersama kita. Pada akhirnya selalu ada batas di setiap perjalanan.” 

Dilanjut: ”Terima kasih untuk lima tahun ini. Untuk suka duka dan sakit yang terpendam.”

”Maafkan jika cerita kita harus disaksikan oleh khalayak ramai (Intan yang mengunggah KDRT itu ke medsos). Walaupun tak pernah terucap kata maaf (dari Armor), aku sudah memaafkanmu.” 

Sumber: