Optimisme Kebijakan Ekonomi Kabinet Prabowo-Gibran

Optimisme Kebijakan Ekonomi Kabinet Prabowo-Gibran

ILUSTRASI Optimisme kebijakan ekonomi kabinet Prabowo-Gibran.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Tahun 2025, Menuju Ekonomi Agresif Penuh Gebrakan

BACA JUGA: Ekonomi Hijau, Sebuah Harapan Indonesia Emas 2045

The Fed baru saja menurunkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate sebesar 50 basis points (bps) dari 5,25–5,5 persen menjadi 4,75–5,0 persen. Itu merupakan penurunan suku bunga untuk kali pertama sejak Maret 2020. 

Terdapat semacam dikotomis, yaitu relaksasi kebijakan The Fed yang terlalu cepat dapat menghambat perkembangan dalam pengendalian inflasi. Sebaliknya, keputusan pelonggaran kebijakan yang terlalu lambat dapat berdampak negatif pada perekonomian riil. 

Dengan demikian, jika ekonomi tetap kuat dan inflasi tetap bertahan, The Fed dapat melonggarkan kebijakan moneter dengan kecepatan yang lebih lambat. 

BACA JUGA: Merintis UMKM sebagai Oligarki Ekonomi Baru

BACA JUGA: Optimalisasi Penerimaan Negara dan Ekonomi Bawah Tanah (Underground Economy)

Namun, jika pasar tenaga kerja AS melemah secara tak terduga atau inflasi menurun lebih cepat daripada yang diharapkan, The Fed masih akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya. 

Persoalannya, jika asumsi perekonomian AS berkembang seperti yang diantisipasi anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang memperkirakan suku bunga The Fed bakal turun menjadi 4,5 persen pada akhir 2024 dan 3,5 persen pada akhir 2025. 

Hal itu berarti menguatkan kesan bahwa The Fed melakukan kebijakan antisipasi penurunan suku bunga sebesar 100 bps pada akhir tahun ini, mengimplikasikan dua kali lagi penurunan sebesar 25 bps.

BACA JUGA: Relevansi Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia

BACA JUGA: Ekonomi Makan Tabungan

Sementara pada 2025, pasar global meyakini bahwa The Fed bakal kembali menurunkan suku bunga sebesar 100 bps. Kemudian, pada 2026 dan 2027, suku bunga The Fed akan turun menjadi 3 persen yang menandakan penurunan 50 bps terakhir dan berakhirnya siklus penurunan suku bunga pada 2026. 

Proyeksi itu diperkirakan lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi pada Juni 2024 yang mencerminkan ekspektasi inflasi yang lebih rendah, tingkat pengangguran yang lebih tinggi, dan pergeseran keseimbangan risiko. 

Namun, munculnya proyeksi positif itu tidaklah mewakili rencana atau keputusan formal dari The Fed melainkan hanya berasal dari keyakinan para investor akan perekonomian AS yang menunjukkan tren menjanjikan dan berdampak signifikan pada bergeraknya parameter-parameter ekonomi global yang kian dinamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: