Pudarnya Gaung Ikrar Sumpah Pemuda

Pudarnya Gaung Ikrar Sumpah Pemuda

ILUSTRASI pudarnya gaung ikrar Sumpah Pemuda. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Semboyan Presiden Pertama Indonesia Sukarno tentang ”berilah aku 10 pemuda, maka akan aku guncangkan dunia” bukan seruan semata. Figur pemuda bukanlah trofi untuk dipamerkan, melainkan bukti nyata perubahan dapat terjadi. 

Peristiwa Rengasdengklok yang melibatkan golongan pemuda untuk mendesak percepatan proklamasi kemerdekaan menjadi bukti ketika pemuda bergerak, tak ada yang bisa mengelak.

Narasi perjuangan dan cinta tanah air seharusnya tidak hanya bergema di momen hari peringatan. Bangsa kita memang kelewat doyan dengan aksi seremonial, tapi seharusnya juga dibarengi nilai perjuangan dan rasa memiliki, upaya mengawal bangsa yang besar ini.

AGENDA KE DEPAN

Agenda ke depan yang disarankan penulis, antara lain, pertama, menghilangkan nilai-nilai senioritas dalam setiap jenjang di seluruh lingkungan. Suasana dan sistem yang menghadirkan hal-hal yang berbau feodal dan senioritas sudah harus disadari, khususnya bagi para pemangku kepentingan. 

Kedua, membangun nilai nasionalisme bangsa secara keseluruhan. Membangkitkan kesadaran para pemudanya dengan membangun rasa kepemilikan atas tanah air Indonesia, berbangsa satu, yakni bangsa Indonesia, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Ketiga, menampilkan kembali figur panutan bangsa secara berulang dan masif, melalui persebaran konten digital bukanlah hal sulit. Pelibatan figur pemuda berprestasi yang bukan sekadar sensasi, sangat perlu dipertimbangkan ketika melibatkannya dalam proyek-proyek pembangunan negara.

Pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya dapat dilakukan segelintir orang. Ibarat filosofi dari sapu lidi dalam memaknai kerja sama dan kebersamaan. Jika hanya sebatang lidi, dampaknya tidak akan signifikan. 

Peran penting pemuda Indonesia saat ini perlu disikapi serius, bukan hanya pelibatan formalitas. Mencapai tujuan besar Indonesia sebagai negara maju, sudah seharusnya pemuda bergerak dan ikut mewujudkan perubahan. (*) 


*)Yayan Sakti Suryandaru, dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.--


*)Ramadhani Nur Aisyah adalah mahasiswi S-2 media dan komunikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.--

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: