Trik KPK Amankan Rohidin Mersyah, Dipakaikan Rompi Polantas Untuk Hindari Kepungan Massa
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita sejumlah bukti elektronik berupa alat komunikasi atau handphone dalam kasus yang menjerat Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah-Dok.KPK-
HARIAN DISWAY - Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Asep Guntur, mengungkapkan bahwa penangkapan Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, dalam operasi tangkap tangan (OTT) menghadapi berbagai tantangan.
Menurut Asep, Rohidin berpindah-pindah lokasi, termasuk menuju Bengkulu Utara dan arah Padang, Sumatra Barat.
"Tidak semudah yang dipikirkan. Saat itu, saudara RM (Rohidin Mersyah) tidak ada di tempat, tetapi kami memantau. Ketika dia kembali, kami ingin menangkapnya. Namun, dia pergi ke arah Padang, itu ke arah Bengkulu Utara. Sekitar tiga jam kami saling kejar," jelas Asep di Gedung Merah Putih, Jakarta, Minggu, 24 November 2024.
BACA JUGA:Rohidin Mersyah Ditetapkan Tersangka, KPK Ungkap Modus Pemerasan Anak Buah
BACA JUGA:Profil dan Kekayaan Setyo Budiyanto: Arek Suroboyo yang Terpilih Jadi Ketua Baru KPK
Setelah berhasil diamankan, Rohidin dibawa ke Mapolres Bengkulu untuk menjalani pemeriksaan yang berlangsung hingga pagi hari.
Namun, situasi menjadi sulit karena banyak simpatisan Rohidin berkumpul di lokasi tersebut.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan penangkapan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah tidak dilakukan secara tiba-tiba-disway.id/cahyono-
"Yang utama adalah menyelamatkan personel kami di KPK dan orang-orang yang dibawa, termasuk Pak RM. Jangan sampai di jalan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti diambil oleh massa," ungkap Asep.
BACA JUGA:KPK Tidak Malu Ketuanya Jadi Tersangka Kasus Pemerasan, Sebut Firli Belum Tentu Bersalah
Untuk menghindari potensi kerusuhan, KPK mengambil langkah pengamanan dengan memakaikan Rohidin seragam polisi lalu lintas (polantas) sebagai bentuk kamuflase saat dibawa ke Bandara Fatmawati Soekarno.
"Yang paling dicari adalah Pak RM. Maka, dipinjamkanlah rompi polantas untuk menyamarkan. Itu dilakukan saat keluar dari kerumunan agar tidak menjadi sasaran massa," kata Asep.
Langkah ini dilakukan demi keselamatan seluruh pihak yang terlibat, termasuk tim penyidik KPK dan Rohidin sendiri.(*)
*) Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Program MBKM Magang Harian Disway.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: