Trump Sebut Presiden Suriah Kabur Karena Rusia Tak Mau Melindungi Lagi
Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri dikarenakan Rusia sudah tidak mau melindunginya--Twitter
HARIAN DISWAY - Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebutkan bahwa Presiden Suriah, Bashar al-Assad memutuskan kabur karena Rusia sudah tidak lagi mau untuk melindunginya.
"Assad kabur. Dia telah meninggalkan negaranya. Pelindungnya, Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik lagi untuk melindunginya," jelas Trump dalam unggahan di platform media sosialnya, Truth Social.
"Tidak ada alasan bagi Rusia untuk berada di Suriah sejak awal. Mereka kehilangan semua minat di Suriah karena Ukraina, tempat hampir 600.000 tentara Rusia terluka atau tewas, dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai, dan dapat berlangsung selamanya," lanjutnya menambahkan.
Trump menyatakan bila perang Rusia di Ukraina telah melemahkan Rusia juga Iran.
BACA JUGA:Presiden Assad Lari ke Moskow Usai Ditumbangkan Oleh Pemberontak Suriah
BACA JUGA:Presiden Korsel Minta Maaf Atas Darurat Militer, tapi Tak Mundur dari Jabatan
"Rusia dan Iran saat ini sedang dalam kondisi lemah, satu karena Ukraina dan ekonomi yang buruk, dan yang lainnya karena Israel dan keberhasilannya dalam pertempuran," ujarnya.
Sebelumnya dikabarkan Bashar al-Assad tidak terdeteksi keberadaannya setelah pemberontak memasuki ibu kota Damaskus.
Bashar al-Assad menghilang dalam penerbangan yang berangkat dari Bandara Damaskus karena pesawat dinyatakan menghilang dari radar.
Namun, menurut laporan kantor berita Rusia, Assad Bersama keluarganya telah berada di Rusia setelah meninggalkan negaranya pada Minggu, 8 Desember 2024. Ia dikabarkan menerima suaka dari Moskow berdasarkan "pertimbangan kemanusiaan".
BACA JUGA:Perang Baru di Arab: Pemberontak Kuasai Sebagian Besar Kota Aleppo Suriah
BACA JUGA:Hari Antikorupsi Sedunia 9 Desember: Sejarah, Tema dan Logo Peringatan 2024
Adapun pada hari Minggu kemarin, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan milisi antipemerintah lainnya telah berhasil menguasai Damaskus.
Sementara Perdana Menteri Suriah, Mohammad al-Jalali menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan pemimpin yang dipilih oleh rakyat dan menegaskan bahwa ia tetap tinggal di Damaskus.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: