Tradisi Lampu Colok di Riau Menghidupkan Semangat dan Kebersamaan di Akhir Bulan Ramadan

Tradisi Lampu Colok di Riau Menghidupkan Semangat dan Kebersamaan di Akhir Bulan Ramadan

Peserta festival membuat lampu colok dari kaleng bekas dihias simbol Ramadan seperti masjid, Ka'bah, dan bulan sabit. --Radio Republik Indonesia

Dr. Ali Al-Qaradawi, seorang ulama dan pemikir Islam terkemuka, menyatakan bahwa tradisi yang melibatkan cahaya seperti Lampu Colok memiliki makna simbolis dalam Islam.

"Cahaya adalah tanda dari petunjuk dan kebahagiaan, dan puasa di bulan Ramadan bertujuan untuk membersihkan jiwa dan memperbaiki kualitas diri. Lampu colok adalah manifestasi dari perjalanan spiritual umat Islam yang terus mencari cahaya Tuhan dalam hidup mereka,” katanya.

BACA JUGA: Waktu Mulai Doa Qunut Witir di Ramadan 2025 dan Bacaan Lengkapnya

Tradisi yang Memperkuat Kehidupan Sosial Masyarakat

Selain itu, lampu colok juga berfungsi untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. Pada malam-malam Ramadan menjelang Idulftri, keluarga-keluarga yang tinggal di sekitar kota atau desa akan berkumpul untuk menikmati lampu-lampu yang dipajang di jalan-jalan.
Lampu colok sebagai alat pemersatu, yang menghapus sekat-sekat perbedaan dalam masyarakat. --Direktorat Jenderal Kebudayaan

Ini menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk saling berbagi cerita, bertukar kebahagiaan, dan menikmati suasana yang dipenuhi kedamaian. Lampu colok juga berfungsi sebagai alat pemersatu, yang menghapus sekat-sekat perbedaan dalam masyarakat.

Prof. Dr. A. M. Sulaiman, seorang pakar sosiologi budaya, berpendapat bahwa lampu colok memiliki peran penting dalam memperkuat ikatan sosial antarwarga.

"Selain sebagai sarana hiburan, tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan rasa kepedulian terhadap sesama, yang semuanya tercermin dalam proses pembuatan dan penyalaan lampu-lampu ini,” katanya.

BACA JUGA: Sunnah-Sunnah Ramadan yang Sering Dilupakan, Sudahkah Anda Melakukannya?

BACA JUGA: 7 Perkara yang Dapat Menghilangkan Pahala Puasa Ramadan

Dampak Ekonomi dari Tradisi Lampu Colok

Tak hanya berdampak pada aspek sosial dan budaya, tradisi lampu colok juga memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Banyak warga yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka usaha kecil.
Lampu colok memberikan kontribusi di sektor pariwisata dan UMKM. --Diskominfotik Kabupaten Bengkalis

Seperti menjual kaleng bekas, bahan-bahan untuk menghias lampu, hingga jasa pembuatan dan pemasangan lampu colok. Para pedagang yang menjual pernak-pernik hiasan lampu colok meraih keuntungan yang cukup besar selama bulan Ramadan.

Bahkan, beberapa tempat di Riau seperti Pekanbaru dan Dumai menjadi tujuan wisata bagi wisatawan lokal yang ingin menyaksikan keindahan lampu-lampu tersebut.

BACA JUGA: Ramadan dan Tren Permainan Tradisional: Dari Petasan hingga Meriam Bambu

Menurut Badan Pusat Statistik Riau, sektor ekonomi kreatif yang melibatkan tradisi lampu colok telah memberikan kontribusi lebih dari 5 persen terhadap pendapatan daerah, terutama di sektor pariwisata dan UMKM yang berfokus pada pembuatan dan penjualan Lampu Colok. 

Tradisi lampu colok di Riau lebih dari sekadar hiasan yang memperindah malam Ramadan; ia membawa makna yang dalam bagi masyarakat. Lampu Colok menjadi simbol kebersamaan, harapan, dan doa yang diterangi oleh cahaya api yang tak pernah padam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber