Catatan Awal Tahun 2025: Swasembada Energi, Dari Mana Dimulai?
ILUSTRASI Catatan Awal Tahun 2025: Swasembada Energi, Dari Mana Dimulai?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
EUFORIA pilpres dan pilkada sepanjang tahun politik 2024 sudah saatnya segera diakhiri. Kerja nyata yang masif tetapi realistis harus segera dimulai. Demikian pula tentunya dalam persoalan energi. Pernyataan-pernyataan politis soal energi harus segera dibuktikan dengan langkah-langkah nyata yang terencana, terukur, dan terlaksana dengan baik.
Pernyataan Presiden Prabowo –Indonesia tidak boleh lagi bergantung dari negara luar dalam hal penyediaan energi dan pangan– merupakan suatu komitmen pemerintah kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi republik ini.
Komitmen tersebut telah disampaikan Prabowo pada pidato pertamanya seusai pengucapan sumpah sebagai presiden Republik Indonesia di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, Minggu, 20 Oktober 2024.
BACA JUGA:Swasembada Gula dan Peran Ekonomi: Menghidupkan Filosofi Pabrik Iki Openono
Pernyataan Prabowo itu mengandung suatu komitmen yang cukup berat bagi pemerintahannya. Sebab, saat ini, untuk kebutuhan energi bahan bakar rumah tangga saja, lebih dari 80 persen kebutuhan elpiji Indonesia masih harus dipenuhi dari impor.
Konsumsi elpiji pun bahkan terus meningkat, dari 5,6 juta ton pada 2013 –dalam sepuluh tahun– meningkat menjadi 8,7 juta ton pada 2023. Sementara itu, cadangan gas alam Indonesia tidak memiliki elemen C3-C4 yang mencukupi untuk bahan baku elpiji guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hal itu menjadikan sektor pemenuhan energi dalam bentuk elpiji yang merupakan kebutuhan pokok rakyat menjadi sangat rentan terhadap ancaman fluktuasi harga elpiji internasional serta risiko kestabilan geopolitik global.
BACA JUGA:Air, Kunci Utama Ciptakan Swasembada Pangan
Berdasar data yang dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia dengan populasi penduduk 270 juta jiwa ternyata mempunyai populasi sepeda motor sebanyak 130 juta unit. Akibatnya, Indonesia merupakan populasi sepeda motor terbesar ketiga setelah Tiongkok dan India.
Berdasar riset Kementerian ESDM, konsumsi setiap sepeda motor per hari sekitar 0,75 liter. Maka, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk sepeda motor per hari sekitar 800 ribu barel yang setara dengan kebutuhan impor BBM. Sementara itu, produksi minyak dalam negeri hanya 600–650 ribu barel per hari.
Data-data di atas adalah data-data tentang kebutuhan energi yang langsung untuk kebutuhan rakyat. Belum lagi bila ditambahkan dengan kebutuhan energi untuk industri yang juga sangat relevan bagi keberlangsungan kehidupan ekonomi rakyat yang bekerja menjadi buruh-buruh di berbagai kegiatan industri.
BACA JUGA:Zulkifli Hasan Minta Tambahan Anggaran dana 510 miliar Untuk Swasembada Pangan
Bila pasokan energi untuk industri-industri terganggu, kehidupan ekonomi rakyat juga pasti akan terganggu.
Berbicara soal swasembada energi, setidaknya ada dua hal pokok yang menjadi fokus perhatian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: