Orientasi Kinerja Ilmuwan: Using and Publication
ILUSTRASI Orientasi Kinerja Ilmuwan: Using and Publication. Ilmuwan harus menjadi "menara air". Ilmuwan tidak boleh seperti menara gading yang sibuk dengan dirinya sendiri. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Salah satu caranya adalah memublikasikan ringkasan hasil penelitian melalui media cetak nasional atau internasional. Apalagi, publikasi ilmiah juga dapat dilakukan secara digital dan media online. Sayangnya, masih banyak peneliti yang belum memiliki keberanian untuk memublikasikan hasil penelitiannya.
Selain publikasi, hasil penelitian para akademisi harus memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan kehidupan masyarakat. Karena itu, setiap calon sarjana yang akan menulis skripsi (S-1), tesis (S-2), dan disertasi (S-3) penting mempertanyakan kontribusi keilmuan (contribution to knowledge) serta manfaat praktis dari penelitiannya.
Persoalannya, budaya meneliti yang berorientasi publikasi dan manfaat praktis belum menjadi gerakan. Padahal, selalu dikatakan bahwa tugas civitas academica adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Tiga tugas tersebut dinamakan tridarma perguruan tinggi. Dalam kaitan itulah, civitas academica harus memahami tridarma sebagai satu kesatuan yang saling terkait (linkage).
Berkaitan dengan keinginan untuk membuat linkage tridarma, civitas academica harus menyadari bahwa penelitian itu sangat penting. Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengabdian masyarakat.
Kesadaran itu terasa kurang di kalangan civitas academica. Dampaknya, praktik pendidikan dan pengabdian tidak mengalami kemajuan yang berarti.
BERBASIS PENELITIAN
Dunia pendidikan telah berkembang begitu pesat. Kebutuhan masyarakat juga bergerak seiring tuntutan zaman. Konteks pendidikan dan kebutuhan masyarakat jelas meniscayakan pembelajaran berbasis penelitian.
Sebab itulah, banyak PT yang menjadikan penelitian sebagai branding (label). Maka, tidak mengherankan jika kita mendapati sejumlah universitas yang mengenalkan diri dengan label research based university.
Untuk menjadikan penelitian sebagai budaya, setiap pendidik harus mendesain pembelajaran dengan mengutamakan model induktif.
Model pembelajaran induktif mengharuskan civitas academica mengamati problem sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat untuk dicarikan solusinya.
Model pembelajaran itu populer disebut otentik (authentic learning). Inti pembelajaran otentik adalah pelibatan peserta didik secara aktif untuk menemukan beragam ilmu pengetahuan dengan bersumber pada pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Metode induktif dapat menjadi alternatif untuk menggantikan pembelajaran deduktif. Peserta didik penting dilatih untuk terampil menanya, mengobservasi, dan mengajukan solusi dari persoalan yang dihadapi.
Pola pembelajaran itu sekaligus menjadi media membentuk peserta didik yang haus ilmu sehingga selalu merasa ingin tahu (curiosity). Melalui cara itu, berarti pendidik telah memberikan soft skill kepada peserta didik untuk menjadi calon peneliti pada masa mendatang.
Karena itulah, penting ditekankan pelibatan peserta didik dalam penelitian yang dilakukan dosen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: