Wajah Taipan di Kekuasaan

Wajah Taipan di Kekuasaan

ILUSTRASI Wajah Taipan di Kekuasaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Demokrasi dan Kekuasaan: Antara Maslahat dan Mafsadat

BACA JUGA:Bahasa, Alat Kekuasaan di Era Orde Baru

Kini Haji Isam ditugaskan Prabowo untuk membangun satu juta sawah di Merauke, Papua. Haji Isam mengerahkan 2.000 ekskavator. Itu adalah proyek kebanggaan Prabowo untuk swasembada pangan. Juga, untuk mendukung program andalanya: makan bergizi gratis.

Tidak perlu heran bila Presiden Prabowo memilih rekan bisnis berbeda dengan presiden sebelumnya. Di era Soeharto pun, memilih pengusaha kepercayaan seperti Sudono Salim, William Suryajaya, dan pengusaha circle-nya seperti Probosutedjo, Bob Hasan, atau Sudwikatmono.

Itu membuat pengusaha yang dipelihara Soeharto berkembang tanpa batas menjadi konglomerat. Raja bisnis di berbagai lini. Dari hulu ke hilir. 

BACA JUGA:Hasil Sharing Experience Pimpinan Universitas Airlangga: Cupu Manik Astagina dan Kekuasaan

Jauh meninggalkan pengusaha yang pernah bersahabat dengan Bung Karno. Misalnya, keluarga Hasyim Ning dan keluarga Agus Musin Dasaad. 

Habibie, Gus Dur, dan Megawati tidak punya catatan berbulan madu dengan para taipan. Di era mereka, para konglomerat berjatuhan.

Di era ketiga presiden di awal reformasi itu, para raksasa bisnis malah membuat negara menjadi susah. Negara harus menalangi bank para taipan karena dilanda kebangkrutan. Negara mengalami rugi besar akibat talangan BLBI itu. Uang yang dikeluarkan negara tak sebanding dengan hasil penjualan perusahaan yang menjadi jaminan BLBI.

Di era SBY, yang mampu menstabilkan ekonomi, sudah menjadi rahasia umum  bahwa presiden asal Pacitan itu sangat dekat dengan CT (Chairul Tanjung). CT pun pernah menjadi menteri koordinator perekonomian.

Hingga SBY sudah tak menjabat pun, relasi mereka tetap jalan. Allo Bank, salah satu bank milik CT, pernah menjadi sponsor utama Lavani. Itu adalah klub voli profesional yang didirikan SBY.

Prof Philip Schimitter, ilmuwan politik dari Chicago University, memperkenalkan teori korporatisme negara. Intinya, menempatkan negara menjadi sentralistis dan monopolistis dalam sistem perwakilan, distribusi fasilitas, dan kontrol. Negara, dalam hal ini presiden, bebas menentukan pengusaha yang menjadi mitranya.

Apakah Haji Isam akan menjadi mitra utama Prabowo hingga ke depan? Menggantikan posisi Aguan dan Sinar Mas Group yang memiliki pengaruh di era Jokowi.

Atau, Aguan yang kini masuk lewat proyek 3 juta rumah tetap lengket di istana? Kita tunggu saja. Sebab, pemerintahan Prabowo baru 100 hari. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: