Pagar Laut
PENULIS menikmati sunset di Pulau Padar, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau Padar masuk wilayah Taman Nasional Komodo. -ARIF AFANDI UNTUK HARIAN DISWAY-
BACA JUGA:Bareskrim Polri Ungkap Dugaan Pemalsuan Dokumen Girik di Pagar Laut Tangerang
Untung saja, ada kapten kapal yang meyakinkan tentang keamanan perjalanan laut. Yang sejak awal sudah menyampaikan bahwa nanti melewati perairan yang sedikit membuat kapal bergoyang keras. Ketika kapal dengan tujuh kamar dan satu ruang berkumpul itu melewati selat tanpa pagar laut.
Ia seorang pria yang selama hidupnya telah menyatu dengan alam di sekitar Pulau Komodo. Yang bisa menyelami kehidupan laut dan darat kepualuan di itu. Yang menjadikan alam nan indah di timur Indonesia itu sebagai bagian hidupnya.
Baginya, laut dan kepulauan itu merupakan tempat ia lahir, berkembang, dan hidup. Yang tentu sangat punya kepedulian terhadap alam yang kini menjadi tempat favorit para wisatawan untuk memanjakan mata.
BACA JUGA:Nusron Wahid Beberkan Alasan ATR/BPN Belum Mampu Batalkan SHGB dan SHM Pagar Laut Bekasi
BACA JUGA:Nusron Wahid Ungkap Inisial Nama Dua Perusahaan Pemilik SHGB dan SHB Pagar Laut Bekasi
Kapten kapal itu bernama Mohammad Taher. Pria yang lahir dan besar di Pulau Komodo. Pulau yang menjadi habitat asli biawak tersebut. Yang menjadi salah satu Taman Nasional di Indonesia.
Juga, menjadi salah satu situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Yang selama ini menjadi jujukan untuk menyaksikan komodo selain di Pulau Rica.
Sebelum berangkat, kapten sudah mengingatkan bahwa nanti ada sedikit guncangan ketika melewati jalur laut terbuka. Tapi, saya tak membayangkan bahwa guncangannya sekeras itu.
Apalagi, disertai hujan dengan awan gelap di langit. Membikin tak ingin mengulang perjalanan seperti itu kembali.
MOHAMMAD Taher sang kapten kapal.-ARIF AFANDI UNTUK HARIAN DISWAY-
Kawasan Labuan Bajo memang berupa gugusan pulau yang terjaga. Yang mulai ramai sejak digelar Sail Bajo pada awal 2013. Sejak saat itu, wisatawan mengalir ke sana.
”Hanya saja, waktu itu sebagian besar yang datang wisatawan asing. Baru belakangan banyak wisatawan lokal yang datang,” ungkap Taher.
Pria kelahiran 1979 itu dulu seorang aktivis kampung. Padahal, ia hanya lulusan SMP. Namun, ia termasuk keturunan Saba, semacam petinggi suku di Pulau Komodo. Modo nama sukunya.
Bahkan, sampai sekarang ibunya yang lahir di pulau itu masih dianggap sebagai juru kunci pulau yang dihuni sekitar 2.000 jiwa tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: