Pak Harto, Prabowo, dan Para Taipan

ILUSTRASI Pak Harto, Prabowo, dan Para Taipan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Pak Harto memagang kontrol terhadap para taipan itu. Mereka boleh menjadi raja di bidang ekonomi. Namun, mereka tidak boleh cawe-cawe di bidang politik. Pak Harto mengontrol sepenuhnya aktivitas politik dan tetap mengontrol aktivitas ekonomi para taipan itu.
Pola otoritarianisme tersebut dikecam. Tapi, terbukti efektif dalam mewujudkan stabilitas. Di zaman sekarang, para taipan yang tajir melintir itu bisa mendirikan partai politik atau membelinya.
Tidak sepenuhnya efek luberan ke bawah bisa berjalan secara alamiah. Logika modal dan kapital tidak pernah mengenal istilah berbagi. Akumulasi modal akan dengan sendirinya membawa kepada penumpukan yang makin menggunung.
Pak Harto tahu akan hal itu. Pada awal 1990-an para taipan tersebut sudah menjadi raja konglomerat. Tapi, tetesan ke bawah belum terasa. Pak Harto pun memanggil para taipan ke Tapos, peternakan sapi milik Pak Harto.
Dengan senyumnya yang khas, Pak Harto meminta para konglomerat itu untuk mengikhlaskan sebagian saham perusahaannya untuk dihibahkan kepada koperasi. Para taipan tersebut tahu pasti bahwa senyum Pak Harto itu senyum yang mematikan. The Smiling General itu tidak main-main dengan permintaannya.
Para taipan tersebut tahu Pak Harto bermain dengan simbol. Pak Harto sangat mungkin tidak membaca teori semiotika Roland Bartez. Tetapi, Pak Harto tahu betul pentingnya simbol dalam politik.
Mengundang para taipan itu ke Tapos adalah simbol. Tapos adalah peternakan sapi untuk diperas susunya atau disembelih dagingnya. Dua hal itu bukan pilihan yang menarik bagi para taipan. Namun, mereka tidak punya pilihan.
Itulah Pak Harto. Itulah bedanya dengan Prabowo, mantan menantunya. Pak Harto tidak mengundang para taipan itu ke istana, tapi ke peternakan. Pak Harto menjaga marwah istana. Pak Harto memastikan istana bersih dari politik dagang sapi.
Prabowo dengan bangga mengatakan banyak belajar kepada SBY dan Jokowi. Namun, Prabowo lupa belajar kepada mertuanya. (*)
*) Dhimam Abror Djuraid adalah ketua Dewan Pakar PWI Pusat dan pengajar ilmu komunikasi Unitomo, Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: