3 Suasana Ramadan di Dunia yang Paling Populer

Di UEA, anak-anak didorong untuk mengetuk pintu tetangga mereka dan mengucapkan kata-kata "Atoona Hag Al Laila" yang berarti "berikan kami permen untuk malam ini". --Curlytales.com
HARIAN DISWAY - Saat kita memasuki bulan suci, inilah saatnya untuk mengingat semua pelajaran penting yang Allah Swt berikan kepada kita saat ini. Utamanya pelajaran tentang pengendalian diri, amal, ketundukan, dan kepatuhan.
Ramadan juga merupakan waktu untuk merenungkan posisi kita di dunia dan kesempatan untuk memperoleh perspektif yang lebih luas. Sebagai Muslim, kita semua adalah bagian dari komunitas global yang beranggotakan lebih dari satu miliar jiwa.
Sebagai warga dunia, maka waktu salat yang mencakup setiap zona waktu sangatlah berbeda-beda. Begitu juga doa salat yang diucapkan dalam berbagai bahasa. Saat kita merenungkan hal ini, kita cenderung menganggap diri kita kecil atau bahkan tidak penting.
BACA JUGA: 7 Negara dengan Durasi Puasa Terlama di Dunia saat Ramadan 2025
Namun, pada kenyataannya, kita harus bergembira, mengetahui bahwa saat kita mengambil bagian dalam praktik dan ritual yang dikaitkan oleh komunitas kita dengan bulan suci Ramadan. Kita hanya berbagi satu nada dari simfoni yang dimainkan di seluruh dunia.
Untuk membantu memperoleh beberapa perspektif tentang simfoni itu dan mungkin menawarkan wawasan tentang beberapa bagian lain dari alunan yang dimainkan di tempat lain, ada tiga suasana Ramadan di dunia yang semuanya memainkan peran penting dalam perayaan Ramadan di tempat lain.
1. Meriam
Di seluruh Timur Tengah, di negara-negara seperti Lebanon, Mesir, dan Uni Emirat Arab, Ramadan setiap tahun dianggap tidak lengkap tanpa penembakan meriam seremonial.
Meriam yang menghiasi langit saat berbuka puasa, simbol tradisi yang abadi di bulan suci Ramadan seperti yang dilakukan Kepolisian Dubai dengan meriam buka puasa tahun ini. --Khaleejtimes.com
BACA JUGA: 5 Alasan Mengapa Anda Harus Sering Bersedekah di Bulan Suci Ramadan
Dikenal sebagai Midfa al Iftar, perdebatan di antara para sejarawan berpusat pada apakah praktik ini dimulai pada abad kesepuluh atau kesembilan belas Masehi. Namun, dalam kedua kasus, disepakati bahwa itu dimulai di Kairo.
Sebuah meriam ditembakkan saat matahari terbenam di bawah cakrawala untuk menandakan berakhirnya puasa hari itu dan saatnya untuk berbuka puasa. Bahkan di era di mana waktu berbuka puasa yang tepat hanya berjarak sekilas dari layar ponsel pintar.
Sementara momen matahari terbenam dapat diketahui selama berminggu-minggu sebelumnya hingga sepersekian detik, tradisi ini masih sangat populer dan bertahan hingga hari ini.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (13): Perang Sarung
2. Lampion
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: