Pasar Saham Dunia Kembali Anjlok Akibat Lonjakan Tarif AS terhadap Tiongkok

Pasar Saham Dunia Kembali Anjlok Akibat Lonjakan Tarif AS terhadap Tiongkok

Presiden Donald Trump berbicara dalam acara makan malam Komite Kongres Partai Republik Nasional (NRCC). Tarif Trump terhadap produk asal China yang melampaui 100 persen berdampak terhadap penurunan harga saham dunia. --Anna Moneymaker / AFP


Seorang berjalan melewati layar yang menunjukkan perdagangan saham di Beijing pada tanggal 9 April 2025. Presiden AS Donald Trump terus maju dengan tarif lebih dari 100 persen terhadap barang-barang Tiongkok setelah Beijing menolak menarik tarif balasanya--ADEK BERRY / AFP

BACA JUGA:Tiongkok Balas Kebijakan Tarif Trump, Pasar Saham Asia Anjlok

Sementara itu, Uni Eropa diperkirakan akan mengumumkan respons resminya dalam waktu dekat. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan agar Washington mempertimbangkan kembali kebijakan tarif tersebut. Namun, ia juga menegaskan bahwa jika perlu, Eropa siap mengambil tindakan balasan. 

Brussels bahkan telah menyiapkan rencana pengenaan tarif hingga 25 persen terhadap berbagai produk asal AS, termasuk kedelai dan sepeda motor.

BACA JUGA:Indonesia Terkena 32 Persen Tarif Resiprokal Trump, Ini Dampaknya Menurut Pakar Ekonomi

Di tengah polemik tersebut, Trump menyatakan bahwa tarif tinggi bertujuan untuk menghidupkan kembali industri manufaktur dalam negeri. 

Selain itu, Trump juga menyebut bahwa pemerintah AS akan segera mengenakan tarif tambahan terhadap obat-obatan, sebagaimana ditulis oleh AFP (Agence France-Presse) .

Namun, banyak ekonom memperingatkan bahwa dampak positif dari kebijakan ini kemungkinan tidak akan dirasakan dalam waktu dekat. 

BACA JUGA:Trump Umumkan Kebijakan Tarif Baru, Tiongkok Kena 34 Persen, Uni Eropa 20 Persen

Sebaliknya, mereka menilai bahwa tarif tinggi justru berpotensi mendorong lonjakan inflasi akibat naiknya harga barang-barang impor.

Di pasar mata uang, Yuan mencapai level terendahnya terhadap dolar, sementara Won Korea Selatan mencapai level terendahnya sejak 2009 selama krisis keuangan global.


Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berbicara dalam sebuah konferensi pers pada 7 April 2025. Ia melakukan perbincangan dengan Perdana Menteri Tiongkok usai pasar saham dunia anjlok akibat lonjakan tarif AS.--Nicolas TUCAT / AFP

Sementara itu, Uni Eropa berusaha meredakan situasi. Dalam percakapan telepon, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan kepada Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang bahwa stabilitas ekonomi global harus menjadi prioritas bersama dan juga pentingnya mencegah eskalasi lebih lanjut dalam konflik dagang ini.

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Sejumlah Langkah Antisipasi Dampak Tarif 32 Persen dari AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: