Produktivitas Riset Perguruan Tinggi di Indonesia di Tengah Efisiensi

ILUSTRASI gairah riset perguruan tinggi: perjodohan dan aktualisasi diri.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kemudian, berkembang terus sampai sejumlah 25 PTNBH saat ini yang di dalamnya termasuk perguruan tinggi eks institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) negeri yang telah berstatus PTNBH.
Dalam program RKI, pimpinan LPPM seperti seorang marketing yang memasarkan para peneliti terbaiknya dengan proposal yang disusun sesuai persyaratan yang ketat.
Di antaranya, peneliti host (ketua) memiliki h-indeks Scopus minimal 3 dan mitra minimal 2 dan berkualifikasi doktor.
Artinya, para peneliti telah memiliki rekam jejak penelitian yang baik, antara lain, ditandai dengan memiliki beberapa artikel yang telah dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi (JIB) terindeks Scopus atau Web of Science (WoS) rata-rata quartile (Q1-Q2) sebagai penulis pertama.
BACA JUGA:Riset Hoaks, Kondisi Jeblok
BACA JUGA:Perguruan Tinggi Nambang (PTN): Awal Kehancuran Dunia Pendidikan
Proses seleksi proposal sangat ketat melalui telaah dari dua reviewer dari kalangan guru besar yang ditugaskan oleh masing-masing LPPM PTNBH sesuai bidang keilmuan yang dibutuhkan. Jumlah total reviewer sekitar 60 guru besar.
Adapun topik yang diusung dalam RKI meliputi berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, pangan, energi, maritim, lingkungan, sosial, humaniora, psikologi, olahraga, sains, teknologi, politik, dan keagamaan.
Penetapan proposal yang lolos tidak hanya didasarkan pada kualitas proposal, tetapi juga dilihat dari rekam jejak peneliti terkait kompetensi, integritas, kesesuaian mitra peneliti, administrasi, dan kesanggupan pendanaan yang disiapkan pimpinan LPPM PTNBH yang bersangkutan.
BACA JUGA:Zona Integritas Perguruan Tinggi dan Penguatan Karakter Civitas Academica
BACA JUGA:Revitalisasi Peran Alumni Perguruan Tinggi (PT) di Era Transformasi
Seleksi proposal dilakukan secara objektif dan transparan, tetapi rahasia. Artinya, independensi reviewer sangat terjaga dengan baik.
Sejak awal program RKI dimulai dari seleksi internal di PTNBH masing-masing sampai seleksi nasional, pimpinan LPPM terlibat aktif dalam memantau proposal para penelitinya, termasuk ”menjodohkan” peneliti dengan mitra yang digandeng.
Ibarat sebuah gawe manten, pimpinan LPPM PTNBH memiliki kewajiban mencarikan jodoh putra-putri terbaiknya untuk selanjutnya ”mengawinkan” menjadi pasangan yang serasi dan dapat bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
BACA JUGA:Membangun Zona Integritas di Perguruan Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: