Alasan Seseorang Lebih Mudah Marah dengan Keluarga Dibandingkan Orang Lain

Alasan Seseorang Lebih Mudah Marah dengan Keluarga Dibandingkan Orang Lain

Anak lebih cepat marah saat tersinggung dengan anggota keluarga daripada dengan orang lain-dimaberlinphotos-

HARIAN DISWAY - Pernahkah Anda merasa lebih cepat marah atau tersinggung saat berinteraksi dengan anggota keluarga? Bahkan lebih mudah marah dengan keluarga dibandingkan dengan orang lain.

Meskipun terdengar bertentangan, hal itu sebenarnya adalah pengalaman umum. Di baliknya terdapat berbagai faktor psikologis dan emosional. Berikut beberapa alasannya.

1. Rasa Aman yang Justru Melemahkan Batasan


Keluarga menjadi tempat paling aman dalam hidup yang membuat anak lebih mudah mengekspresikan frustrasi atau kemarahan secara spontan-dimaberlinphotos-

Keluarga sering kali menjadi tempat paling aman dan akrab dalam hidup kita. Namun, rasa aman itu terkadang membuat kita menurunkan “filter” dan batasan. Filter dan batasan itu biasanya kita terapkan saat berinteraksi dengan orang lain.

BACA JUGA:6 Tahapan Menerapkan Sittervising Parenting Agar Orang Tua Bebas Burnout dan Anak Makin Kreatif

Akibatnya, kita jadi lebih mudah mengekspresikan frustrasi atau kemarahan secara spontan. Ketika batas pribadi dilanggar, baik secara sengaja atau tidak, reaksi emosional seperti marah pun lebih mudah muncul.

2. Kritik dan Kurangnya Dukungan


Kritik dari keluarga, walaupun niatnya baik, bisa terasa menyakitkan dan mengganggu harga diri-dimaberlinphotos-

Kritik dari keluarga, walaupun niatnya baik, bisa terasa menyakitkan dan mengganggu harga diri. Ketika seseorang merasa terus-menerus dinilai atau kurang didukung secara emosional, hal itu bisa memicu kemarahan. Karena merasa tidak dihargai.

Harapan akan cinta tanpa syarat dalam keluarga kadang membuat orang merasa berhak melanggar privasi. Atau memanfaatkan kebaikan anggota keluarga lain. Sehingga menciptakan ketegangan dan konflik.

BACA JUGA:Intip 5 Gaya Parenting ala Nikita Willy, Nomor Terakhir Paling Susah!

3. Pola Komunikasi dan Riwayat Emosional

Pola komunikasi dalam keluarga terbentuk sejak lama dan bisa menjadi sulit diubah. Jika dalam keluarga biasa terjadi adu argumen atau ekspresi berlebihan, maka pola itu cenderung diteruskan.

Riwayat keluarga yang penuh tekanan atau ketidakseimbangan emosi juga bisa membentuk individu menjadi lebih reaktif.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan pola komunikasi negatif bisa menganggap kemarahan sebagai respons yang normal terhadap masalah.

4. Beban Emosional dari Masa Lalu

Trauma, konflik yang belum selesai, atau pengalaman menyakitkan pada masa lalu dapat membentuk “bagasi emosional”. Itu akan terbawa hingga dewasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber