Trump Marah Harvard Tak Penuhi Keinginannya, Ancam Cabut Hibah dan Status Bebas Pajak

Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif impor baru terhadap sejumlah produk asal Indonesia hingga 47 persen, termasuk tekstil dan garmen. --Win McNamee / Getty Images / AFP
Ia menambahkan bahwa penyelidikan terhadap pelanggaran status pajak oleh institusi mana pun telah dimulai sebelum unggahan Trump tersebut.
Kemarahan Trump terhadap universitas bergengsi itu karena menolak permintaannya untuk tunduk pada pengawasan pemerintah atas penerimaan mahasiswa, perekrutan staf, dan kecenderungan politiknya.
Pemerintah juga mendesak agar Harvard menghapus program yang dinilai bias, membatasi peran mahasiswa dalam pemerintahan kampus, dan memperketat aturan terhadap aksi protes di lingkungan universitas.
BACA JUGA:Dilema Moral dalam Pendidikan dan Politik
Seluruh tuntutan ini dianggap sebagai bentuk kontrol politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah hubungan antara pemerintah dan institusi pendidikan tinggi.
Presiden Harvard, Alan Garber, merespons dengan tegas bahwa pihaknya tidak akan mengorbankan kemerdekaan akademik dan hak-hak konstitusional demi memenuhi tekanan politik.
Pelatih tim basket Golden State Warriors, Steve Kerr, menyatakan dukungan kepada Havard, setelah Trump menuntut universitas tersebut--Akun X resmi @warriors
Dukungan terhadap Harvard juga datang dari luar dunia akademik. Pelatih tim basket Golden State Warriors, Steve Kerr, menyatakan dukungan setelah timnya mengalahkan Memphis Grizzlies.
BACA JUGA:Anggaran Pendidikan Defisit Rp116 Triliun, Akademisi Sebut Kebijakan Prabowo Langgar Konstitusi
Kerr dengan mengenakan kaos bertuliskan Harvard menyebut bahwa tuntutan Trump terhadap universitas tersebut sebagai hal paling bodoh yang pernah ia dengar. Ia menyatakan dukungan penuh terhadap kebebasan akademik.
Sementara itu, Universitas Columbia di New York telah menyetujui pengawasan terhadap Departemen Studi Timur Tengah setelah diancam kehilangan dana federal sebesar 400 juta dolar AS.
Ketegangan ini mencerminkan semakin tajamnya jurang antara pemerintahan konservatif dan dunia akademik yang kerap dianggap terlalu liberal.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: