Banyak Negara Sibuk Nego Amerika, Beijing Ancam akan Membalas Jika Sampai Merugikan Tiongkok

Banyak Negara Sibuk Nego Amerika, Beijing Ancam akan Membalas Jika Sampai Merugikan Tiongkok

Bendera Tiongkok berkibar di alun-alun Tiananmen, Beijing pada 6 Maret 2025. Tiongkok memberikan peringatan keras kepada negara-negara yang tengah menjalin kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) jika kesepakatan tersebut merugikan Tiongkok. --GREG BAKER / AFP

Sejumlah pertemuan bilateral telah berlangsung, termasuk Jepang yang mempertimbangkan peningkatan impor kedelai dan beras dari AS. Juga ada Indonesia yang berencana meningkatkan impor komoditas makanan AS dan mengurangi pesanan dari negara lain.

Ketegangan antara dua negara ini meningkat sejak Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk impor asal Tiongkok, mencapai hingga 145 persen. Sementara negara lain hanya dikenakan tarif rata-rata sebesar 10 persen.


Presiden AS Donald Trump saat ia menyampaikan pidato tentang tarif timbal balik pada 2 April 2025. Tiongkok berikan peringatan keras kepada negara-negara yang tengah menjalin kesepakatan dagang dengan AS jika kesepakatan tersebut rugikan Tiongkok--Brendan SMIALOWSKI / AFP

Sebagai respons, Beijing menerapkan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap barang-barang impor asal Amerika Serikat. 

BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?

Meskipun Presiden Trump mengaku optimis akan tercapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok, namun Beijing belum mengkonfirmasi adanya pembicaraan formal. 

Sebaliknya, Tiongkok terus mengkritik pendekatan sepihak dan proteksionis AS. Mereka memperingatkan bahwa dunia bisa kembali ke “hukum rimba”, di mana negara-negara kuat akan memangsa yang lemah.

“Jika dunia kembali ke pola seperti itu, maka semua negara akan menjadi korban,” tegas pemerintah Beijing sebagaimana ditulis oleh AFP (Agence France-Presse).

BACA JUGA:Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?

Melalui peringatan ini, Tiongkok ingin mengingatkan bahwa kepentingan nasionalnya tidak bisa dinegosiasikan begitu saja. 

Negara-negara yang menjalin kerja sama dengan AS diimbau untuk mempertimbangkan risiko hubungan jangka panjang dengan Beijing, termasuk potensi sanksi dan hambatan dagang yang bisa terjadi di masa depan.(*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: