Sekolah Rakyat, Dulu dan Sekarang

Mohammad Nuh menjelaskan konsep Sekolah Rakyat kepada moderator, Dirut Harian Disway Tomy Gutomo.-FOTO: MOCH SAHIROL-HARIAN DISWAY-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Istilah sekolah rakyat (SR) bukan hal yang baru di Indonesia. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, istilah tersebut sudah ada. Hanya saja, itu hanya untuk jenjang sekolah dasar (SD) untuk saat ini. Ketika itu, SR diberikan kepada rakyat pribumi. Fokusnya pada keterampilan dasar. Seperti membaca, menulis dan berhitung.
Di zaman Belanda, SR dikenal dengan nama Volkschool. Sekolah itu untuk melatih keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam pekerjaan di perusahaan Belanda. Kurikulumnya terbatas dan fokus pada keterampilan dasar dengan sedikit pengetahuan bahasa.
Setelah Indonesia dijajah Jepang, Volkschool diubah namanya menjadi SR. Sistem pendidikan juga mengalami perubahan. Masa pendidikan Sekolah Rakyat diperpanjang menjadi 6 tahun. Bahasa pengantar diganti menjadi bahasa Jepang. Setelah kemerdekaan, SR diubah menjadi SD pada 13 Maret 1946.
Sejak itu, SR sudah tidak ada lagi. Sampai pada kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto istilah SR kembali lagi. Tetapi, dengan pola yang berbeda. Tidak hanya untuk jenjang SD. Tetapi, SMP dan SMA. Sekolah ini juga berasrama. Khusus untuk masyarakat miskin. Mereka yang tidak sanggup untuk membiayai pendidikan.
BACA JUGA: Ternyata Tak Mudah Merekrut Siswa untuk Masuk Sekolah Rakyat
Ketua Tim Formatur untuk Program Sekolah Rakyat Prof Mohammad Nuh menjelaskan alasan pemerintah untuk membangun sekolah rakyat sendiri. Tanpa mengubah sekolah yang ada atau menggunakan bangunan sekolah yang sudah ada saat ini.
“Kita ketahui bahwa pendidikan itu banyak investasi. Mulai dari pembangunan infrastruktur, biaya operasional dan lainnya. Juga ada biaya pribadinya: beli buku, transportasi dari rumah ke sekolah dan lainnya,” katanya saat menjadi narasumber dalam diskusi Disway News House yang diadakan Harian Disway, Jumat 2 Mei 2025.
Sehingga, pemerintah Indonesia tidak ingin nanggung untuk membantu masyarakat miskin. Semua dibantu. Mulai alas kaki sampai penutup kepala. Termasuk tempat tinggal dan makanan selama peserta didik menempuh pendidikan di SR.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 2009-2014 itu menjelaskan, sebelumnya memang sudah ada sekolah serupa yang berdiri: SMA Unggulan CT Arsa Foundation. Konsepnya sama. Untuk masyarakat miskin.
BACA JUGA: Sekolah Rakyat di Jatim Siap Beroperasi Juli 2025, Simak Kriteria Calon Siswanya!
“Sekolah itu ada di Sukoharjo. Kita juga sudah pernah berkunjung ke sana. Itu merupakan sekolah yang berhasil. Dampaknya sudah ada. Sekolah itu sudah sekitar 7-8 tahun. Tetapi yang lebih lama ada di Deliserdang, Medan sudah lama. Dari 2005,” bebernya.
Ukuran keberhasilannya adalah mereka masuk dalam perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Ada juga yang tidak melanjutkan kuliah, alumni sekolah tersebut memutuskan untuk membuka usaha. “Ini sebagai bukti, pendidikan menjadi pemotong mata rantai kemiskinan,” tegasnya.
Karena itu juga, SR diserahkan kepada Kementerian Sosial. Bukan dinaungi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Pun nanti ijazah lulusan SR akan dikeluarkan oleh Kemensos.
BACA JUGA: Begini Konsep Detail Sekolah Rakyat di Unesa yang Dibuka Tahun Ini, Siap Tampung 150 Siswa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: